Rabu, 22 Agustus 2018

Kebahagiaan



Oleh: Minah Mahabbah

🌷Sepercik  Motivasi (1)🌷

🍁Kebahagiaan

Kebahagiaan itu datang dari dalam diri. Karena rasa cukup, kebaikan dan kejernihan hati. Bukan karena harta maupun tahta.

Maka selalu  bersyukurlah kepada Allah. tunduk dan taat kepada Allah.

lebih tepatnya bersyukur dan bersabar. Bersyukur diberi nikmat dan bersabar jika diuji.

Hadirkan Allah dalam setiap aktifitas kita. Dengan begitu kebahagiaan akan ada dalam diri kita. Karena  senantiasa berbuat sesuai kehendakNya.

~ Minah  Mahabbah ~

Selasa, 21 Agustus 2018

Tujuan Hidup Manusia



Oleh: Minah Mahabbah 
(Penulis Motivasi)

Sobat remaja, Jika kamu mempunyai hp namun belum memahami cara menggunakannya, apa yang akan kamu lakukan? Jika kamu membaca petunjuk pada kemasan detergen lalu mengikutinya, memasukkan hp ke dalam air yang tersedia dimesin cuci , memberikan detergen lalu menyalakan mesin cuci untuk dicuci, setelah dicuci hp kamu dijemur hingga kering. Apa yang terjadi pada hp kamu?


Tetapi jika kamu membaca petunjuk penggunaan hp lalu mengikuti setiap langkah yang dijelaskan didalamnya. Maka kamu pasti mengetahui tujuan dalam penggunaan hp tersebut. Karena untuk mengetahui cara menggunakan hp harus mengikuti buku petunjuk dari pembuat hp, yaitu perusahaan hp. Begitu juga dengan manusia, untuk mengetahui cara menjalankan kehidupan dunia harus mengikuti petunjuk dari Pembuat manusia yaitu ALLAH SWT.


Setiap perbuatan mengikuti petunjuk Allah, itulah yang disebut ibadah sesuai dengan jawaban Allah atas pertanyaan kita, Untuk apa Allah menciptakan kita?


Allah menciptakan manusia, tidak sekadar diciptakan saja. Namun, Allah juga Sang Pengatur manusia. Manusia harus mengikuti aturan dari Allah. sehingga ketika dia melakukan sesuatu maka harus terikat dengan aturanNya. Karenanya, kita hidup itu harus ada tujuannya agar tidak salah arah dalam melangkah.


“ dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku” (QS. Adz-Dzariyat:56).


Nah sobat, Ternyata kita diciptakan semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT. Allah Sang Pencipta manusia menetapkan bahwa keberadaan manusia di dunia ini hanyalah untuk beribadah kepadaNya. So, Tujuan hidup seorang manusia di dunia adalah beribadah kepada Allah, beribadah tidak hanya sholat saja, namun seluruh aspek kehidupan haruslah sesuai dengan aturanNya. Menjalankan sholat, baca alquran, mengkaji Islam, bergaul yang benar, menutup aurat, dan amalan sholeh lainnya. Karena itu, kita harus taat kepada Allah, tunduk dan patuh kepadaNya serta terikat dengan aturan agama yang disyariatkanNya.  Wallahua’lam.

Minggu, 19 Agustus 2018

Jemari Menari



Oleh: Minah, S.Pd.I
(Penulis Motivasi)


Tiap hari merasakan indahnya jemari ini menari, menari diwaktu senggang. Saat ada inspirasi, dengan segera jemari ini memegang hp or leptop. Menulis apa yang ada dibenak. Namun diutamakan kata-kata hikmah yang mampu mengubah diri menjadi lebih baik.


Disaat lisan tak mampu menyuarakan kebenaran maka tulisan yang jadi lampiasannya, berharap dengan tulisan itu mampu dibaca  oleh banyak orang. Lagi-lagi hanya untuk tulisan yang bermanfaat.


Menulis tidak sekedar menulis apa yang ada dibenak kita namun mampu  berpengaruh untuk orang banyak yakni menulis untuk  menyampaikan kebenaran Islam, karena itu semua akan dipertanggungjawabkan kelak. Jika  tulisan itu benar, maka akan bernilai pahala, selama banyak yang terinspirasi dengan tulisan kita. oleh karena itu, jemari selalu menari disaat ingin menyampaikan sesuatu dengan menulis.


Dengan menulis, kita mampu melahirkan tulisan-tulisan yang menyentuh hati, serta menorehkan kesadaran pada setiap Muslim terkait tentang Islam,  maupun tentang kaum Muslim.


Coba kita tengok para ulama-ulama terdahulu seperti Imam Syafii, Imam Bukhari, dan ulama-ulama besar lainnya yang menorehkan jemarinya untuk memberikan pencerahan bagi para pencari kebenaran. Walau mereka sudah nggak ada, tapi karyanya yang selalu dikenang. Karya-karya agung mereka  sebagai pembuktian bahwa bentuk kecintaan mereka terhadap Islam. Hanya dorongan  rasa cinta pada Islam yang menjadi bahan bakar mereka, sehingga mereka mampu menghasilkan banyak karya tulis yang sangat bermanfaat bagi kita.


Oleh karena itu, menulislah untuk menyampaikan kebenaran Islam, Menulis itu mudah yang penting  ada motivasi dan kemauan yang kuat untuk menulis, sering latihan, serta banyak membaca. kemampuan menulis kita juga akan semakin terasah dengan sering kita menulis. Menulislah untuk mengubah dunia, menciptakan perubahan kearah yang lebih baik.


Saatnya kita rajin menebar tulisan yang berisi pesan-pesan alquran dalam rangka menabur kembali benih-benih peradapan Islam. Agar semakin banyak orang yang tercerahkan dengan Islam yakni melalui tulisan-tulisan kita. Tentu saja hal ini bisa menjadi pembuktian bahwa kita sangat cinta pada Islam dan peduli terhadap umat Muslim. Kita kembalikan lagi bahwa kita menulis hanya ingin mengharapkan Ridho Allah. Insyaallah.


#JemariMenariMinah

Minggu, 12 Agustus 2018

Muhasabah di Balik Gempa



Oleh: Minah, S.Pd.I
(Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban)


Musibah terus menghampiri Negeri kita. Beberapa hari ini kita dikejutkan dengan gempa yang menimpa saudara kita di Lombok. Gempa dengan kekuatan 7 skala richter membuat bangunan-bangunan banyak yang roboh dan menimpa korban hingga ratusan. Dan sekarang gempa kecil terkadang datang dengan tiba-tiba. Warga terus berjaga-jaga dan mengungsi, khawatir akan ada gempa susulan.


Apa sebenarnya yang dilakukan oleh manusia? sehingga Allah menimpa dengan memberi teguran berupa gempa bumi. Mari kita muhasabah di balik gempa ini, bisa jadi karena ulah tangan manusia atau kemaksiatan yang dilakukan sehingga Allah memberikan peringatan. Serta ujian bagi orang-orang beriman.


Suatu kali di Madinah terjadi gempa bumi. Rasulullah saw lalu meletakkan kedua tangannya diatas tanah dan berkata, “Tenanglah, belum datang saatnya bagimu.” Lalu Nabi saw  menoleh kearah para sahabat dan berkata, “ sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian, maka jawablah (buatlah Allah ridho kepada kalian)”


Ketika terjadi gempa pada masa kekhalifahan Umar Bin Khattab ra, ia berkata kepada penduduk Madinah, "Wahai Manusia, apa ini? apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!"
Seorang dengan ketajaman mata bashirah seperti Umar bin Khattab bisa, merasakan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh para penduduk Madinah, sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar As-Shiddiq telah mengundang bencana. Umar pun mengingatkan kaum Muslimin agar menjauhi maksiat dan segera kembali kepada Allah. Ia bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jika terjadi gempa kembali.


 Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy mengungkapkan, "Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia. Di kalangan Salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata, 'Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian'.''


Oleh karena itu, mari kita bermuhasabah diri, gempa yang ada merupakan teguran dan peringatan dari Allah swt kepada manusia untuk kembali kepadaNya, bila melakukan kemaksiatan, maka hendaklah segera bertaubat.  Gempa juga merupakan ujian bagi orang yang beriman. Karenanya, Berpegang teguhlah kepada syariat Allah dan terus berupaya untuk tunduk dan taat kepadaNya. Serta menerapkan hukum-hukumNya agar negeri ini mendapatkan berkah.

Sabtu, 04 Agustus 2018

Mendidik Generasi Milenial




Oleh: Minah, S.Pd.I
(Praktisi Anak dan Remaja)


Perkembangan teknologi dan komunikasi memberikan tantangan dalam pendidikan anak zaman sekarang. Anak-anak berada di dunia milenial, dimana dia dikepung dari berbagai informasi positif dan negatif. Tontonan dan tayangan yang berseliweran susah untuk disaring.


Disini orang tua  harus bijak dalam menyikapi dunia digital, harus memiliki kesadaran akan dunia ini sehingga bisa mengambil keputusan-keputusan yang nantinya akan mendapatkan manfaat untuk mempermudah segala urusan hidup. Jangan sampai orang tua yang justru menjadi pelopor kerusakan anak-anak dengan memfasilitasi sarana digital.


Dunia pendidikan juga butuh dunia maya untuk mendapatkan berbagai informasi, ilmu dan sarana lainnya untuk lebih cepat mengakses dan lebih mempermudah urusan. Namun, orang tua juga harus cermat dalam menghadapi teknologi yang seharusnya dapat mengantarkan anak-anaknya tercerahkan dengan agamanya.


Setiap zaman akan berbeda bentuk kehidupannya. Karena itu, sebagai orang tua harus mempersiapkan anaknya dalam pendidikan yang terbaik untuk zamannya. Karena setiap zaman memiliki tantangan tersendiri yang akan dihadapi oleh setiap anak. Teringat akan pesan dari Ali bin Abi Thalib ra. “didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu.”


Mendidik anak sesuai zaman itu bukan berarti mendidik mengikuti zaman. Akan tetapi, orang tua harus cerdas dalam mendidik anak-anaknya agar tidak terjerumus dalam kerusakan dan ancaman. Mendidik dalam kebaikan agar anak memiliki ilmu dan pengetahuan. Dan terpenting memiliki aqidah  atau keimanan. Karena itu, sejak dini harus mendapatkan didikan yang baik.


Anak adalah amanah dari Allah SWT dan merupakan titipan yang harus diperlakukan dengan baik. Oleh karena itu, orang tua harus tahu bagaimana cara merawat dan mendidik anak-anaknya dengan baik sesuai dengan pandangan Islam. Dari amanah tersebut orang tua harus bisa menunaikan hak-hak anak dengan baik. Salah satu diantaranya adalah hak untuk mendapatkan pendidikan yang baik dari orang tuanya.


Hak ini sudah ada sejak anak lahir bahkan sebelum mereka lahir. Oleh karena itu, orang tua berkewajiban untuk menunaikan hak anak dengan baik sesuai tuntunan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.


Pendidikan dalam keluarga sangat penting dalam mengarahkan anak-anaknya. Dalam keluarga mereka dibina untuk menjadikan pribadi yang bertakwa. Disinilah peran orang tua sangat penting. Kedua orang tua mempunyai pengaruh yang besar bagi pertumbuhan anak-anaknya. Oleh karena itu, sangat penting sekali keterlibatan orangtua terhadap anaknya.


Setiap anak terlahir dalam keadaan suci, bersih dan tidak ada noda. Orang tualah yang membuat fitrahnya itu ternoda. Allah memberikan kemudahan dalam menerima aqidah Islam dalam pendidikan. Oleh sebab itu, tugas orang tua adalah menjaga fitrah anak tetap dalam kebersihan dan kesucian. Orang tua mendidik  anak agar taat kepada Allah SWT.


Anak adalah harapan masa depan dan untuk kehidupan akhirat. Apa yang kita berikan pada anak, hasilnya bukan saja untuk dinikmati  saat di dunia, tapi bahkan hingga akhirat. Jika kita mendidiknya dengan benar, maka anak bisa menjadi anak sholeh atau anak yang baik. doa anak sholeh adalah pahala yang terus mengalir kepada kedua orang tua walaupun orang tua sudah meninggal.


Tentu setiap orang tua menginginkan anak-anaknya menjadi sholeh dan  cerdas. Akan tetapi sekadar ingin saja itu belum cukup, harus ada kerja keras untuk mendidik anak-anaknya. Namun, kerja keras saja belum cukup, perlu kecerdasan. Orang tua harus cerdas sebelum membuat anaknya cerdas. Oleh karena itu, orang tua juga butuh ilmu agar mampu mendidik anaknya. Mendidik anak diera milenial ini tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena mendidik anak zaman sekarang butuh waktu yang ekstra untuk memahamkam. karena tidak sedikit orang tua belum memahami cara mendidik anak yang benar.


Anak-anak adalah aset orang tua di akhirat kelak, sehingga ibu layak dialirkan amal jariyah atas kesholehan anak-anaknya, wajar bila peran dan fungsi ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya dituntut lebih dari yang lainnya dan tidak akan tergantikan oleh siapapun, karena jerih payah ibu, layak menerima doa anak-anak yang sholeh.


Akan berbeda jika anak-anak yang diasuh dan dididik oleh orang lain tentu akan mempengaruhi pengaruh ibu terhadap anak-anaknya sehingga anak-anak enggan berdoa, sekali-kali saja kalau ingat karena tidak didorong oleh kesholehan yang dibimbing oleh ibunya. Karena peran yang paling penting yang mendidik anak adalah seorang ibu. Karena ibulah pendidik (guru) pertama bagi anak-anaknya.


Kewajiban seorang ibu dalam rumah tangga suaminya sekaligus pengasuh, pemelihara dan pendidik pertama anak-anaknya. Hal inilah yang mendorong setiap perempuan harus menyadari bahwa tanggungjawabnya untuk memenuhi dan menyempurnakan perannya sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya.


Namun, seringkali menjadi ibu sebuah keluhan, ketidakberdayaan, beban ketika mengantarkan anak-anak menjadi anak-anak yang soleh, cerdas dan sehat. Karena memang meraih anak-anak unggul bukanlah pekerjaan yang mudah jika tidak diiringi ilmu yang memadai,  mengelola dan semangat yang terus menerus.


Seorang ibu mendidik anaknya sejak dalam kandungan. Jadi sejak anak dalam kandungan sudah mulai mendapat ilmu. Islam memberikan arahan kepada umatnya untuk menjalani proses belajar sejak kecil. Tidak hanya ketika manusia lahir ke dunia, namun sejak janin berada dikandungan ibu. Ketika  anak dalam kandungan, ibu mulai menerapkan pendidikan pada anaknya. Dengan membiasakan perilaku-perilaku yang baik, berbahasa santun, membelai bayi melalui perutnya. Serta mengajaknya berbicara.


 Sejak ibu mengandung hendaklah harus makan makanan yang halal dan sehat. Serta senantiasa memanjatkan doa agar Allah SWT meridhoi dirinya dan anaknya yang akan dilahirkan. Seorang ibu berusaha menjalankan kewajiban-kewajiban dan menambahkan amalan-amalan sunnah untuk mendekatkan dirinya kepada Allah. dan akhlaknya terjaga untuk memberikan keteladanan kepada janinnya dengan sabar, dan tidak mengeluh apabila menghadapi kesulitan pada masa kehamilan.




Sejak kecil anak-anak diajari untuk berbuat kebaikan, menutup aurat, beribadah dan kewajiban-kewajiban yang lain. Ketika anak berenjak baligh, anak pun harus dididik dengan baik, apalagi di era milenial ini, teknologi semakin canggih, sudah seharusnya anak dihindari dari hp atau gadget. Tontonan-tontonan pun harus dihindari jika itu tidak baik bagi anak. Karena orangtua harus bisa mengawasi dan mendampingi anak-anaknya dari hal-hal yang berbahaya.


Begitu besar peran seorang ibu, dia adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Perilaku seorang ibu, anak menerima keteladanan. Kasih sayang ibu menjadi jaminan awal untuk tumbuh kembangnya anak secara baik dan aman. Oleh karena itu, anak sangat butuh ilmu sejak kecil. Dengan begitu anak bisa tumbuh menjadi anak sholeh dan baik. Sehingga jika anak berenjak dewasa dan berada di era digital ini, maka dia berupaya memanfaatkan digital dengan sebaik mungkin. Dia akan mampu menghadapi zamannya. Mampu membedakan yang baik maupun buruk.


Jadi, tugas orang tua adalah mempertahankan nilai-nilai agama bagi buah hati dengan memperhatikan perkembangan zaman. Sehingga pendidikan berjalan tepat sesuai dengan kondisi tumbuh kembang anak. Karena mendidik anak di era digital ini, harus bisa mewujudkan kepribadian Islamnya hingga di puncak ketangguhannya, agar anak paham pemanfaatan teknologi baginya dan sejauh mana teknologi itu dapat merusak kepribadian Islamnya. Maka diperlukan peran orang tua dalam mendidik  anak-anaknya.