Jumat, 30 November 2018

Sahabat Surga




Oleh: Minah, S.Pd.I


Sobat, Mencari sahabat itu gampang-gampang susah, walaupun kita mempunyai banyak teman, belum tentu kita mudah untuk mencari sahabat. Apalagi sahabat yang asyik untuk diajak curhat. Loh, emang apa bedanya teman dan sahabat? Teman dan sahabat itu beda loh… kalau teman.. semua bisa kita jadikan teman, misalnya saja nih ya,, jika adik remaja yang sekolah, pasti di dalam kelas mempunyai jumlah teman yang banyak, yah.. mereka semua teman, tapi diantara semua teman itu belum tentu sahabat kamu. Karena sahabat itu adalah orang yang kamu percaya jika kamu ingin curhat akan masalah yang kamu hadapi dan memberikan solusi dari masalah yang kamu hadapi. Jadi, tidak semua teman bisa dijadikan sahabat kita.

Sobat, kita hidup di dunia ini tidak mungkin bisa hidup sendirian, oleh karena itu kita pasti butuh teman apalagi sahabat yang selalu ada untuk kita. Bagi dunia remaja, pasti banyak yang harus dihadapi. Kadang suka, kadang duka. Jika kamu mendapatkan segudang masalah, dan tidak bisa kamu atasi sendiri, maka kamu pasti butuh sahabat untuk sharing masalah kamu. Permasalahannya adalah nyari sahabat itu tidak segampang membalikkan telapak tangan.

Mencari sahabat itu memang tidak gampang. Karena di zaman now ini, ada saja sahabat yang khianat, bagus di depan kita, di belakang malah menjelek-jelekkan kita. huff.. oleh karena itu kudu pinter-pinter cari sahabat sejati. Nah, jika sudah dapat sahabat yang baik buat kita, kudu dijaga yah… karena  lebih susah lagi mempertahankan persahabatan. So, jika kamu sudah dapet tuh sahabat, maka jangan sia-siakan deh. Jangan habis manis sepah di buang ya,,,hee…. Makanya kita kudu membangun persahabatan dengan pondasi yang kuat yaitu sahabat dalam akidah Islam, sahabat itu hendaknya yang seakidah seiman. Intinya sahabat surga.  Insyaallah aman dan syar’i.

"Tidak ada nikmat yang diberikan kepada seorang hamba setelah Islam yang lebih baik dari sahabat yang sholeh, maka apabila salah seorang dari kalian telah mendapatkan cinta dari sahabat sholehnya, hendaklah dia menggenggamnya dengan kuat." (Umar bin Khathab)

Bila sahabat kita seakidah, tentunya bukan hanya masalah-masalah individu yang bisa di selesaikan, tapi juga bisa menambah ketakwaan kita. Loh kog bisa menambahkan ketakwaan?? Ya iyalah bisa, karena sahabat yang akidahnya kuat, tentu akan bakal jadi sahabat sejati yang selalu menasehati kita jika kita salah, ringan tangan, rela berkorban, dan tidak pelit untuk menularkan ilmunya. Asyik kan??? Kita bisa jadi ikut pintar. Nah ini namanya sahabat surga.

Sahabat surga atau kita sebut saja deh sahabat sejati yakni orang yang membenarkan kita ketika kita memang benar, dan mengingatkan kita ketika kita melakukan kesalahan. Tidak selalu membenarkan tindakan kita meskipun itu salah. Ketika sahabat mengingatkan kita, itu bukan karena kebencian tapi karena kecintaan kepada kita sehingga dia melakukannya. Sahabat sejati tidak membiarkan sahabatnya dalam kesesatan.

“Sebaik-baiknya orang yang bersahabat di sisi Allah adalah orang yang paling baik kepada sahabatnya..” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya).

Nah sobat, indah bukan jika kita mempunyai sahabat sejati yang selalu mengingatkan kita dalam hal kebaikan, oleh karena itu, kita juga harus saling mendoakan terhadap sahabat kita, sahabat saudara semuslim.

“Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain, ia tidak akan mendzaliminya dan tidak akan membiarkannya binasa. Barangsiapa berusaha memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa yang menghilangkan kesusahan dari seorang muslim maka dengan hal itu Allah akan menghilangkan salah satu kesusahannya dari kesusahan-kesusahan di Hari Kiamat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di Hari Kiamat.”(Mutafaq’alaih)

Menasihati dalam Kebaikan




Oleh: Minah Mahabbah

Rasulullah SAW Bersabda, “ Agama itu adalah nasehat. Kami pun bertanya: untuk siapa wahai Rasulullah? Rasulullah saw berkata: untuk Allah, KitabNya, RasulNya, pemimpin umat Islam dan orang Islam seluruhnya.” (HR. Muslim).

Sejatinya, teguran itu adalah nasihat bagi setiap manusia. Ibarat sebuah cermin. Manusia tidak dapat melihat noda yang menempel diwajahnya bila tidak bercermin. Begitu juga dengan teguran, terkadang manusia tidak sadar bila dirinya salah dan khilaf. Bahkan ada juga yang merasa sombong dan merasa paling benar.

Manusia yang menolak ditegur adalah manusia yang sombong dan kerdil pemikirannya. Akan tetapi, bagi orang yang mau menerima teguran, dia adalah manusia yang bijak dan mau memperbaiki akan kesalahannya.

Yang lebih parah jika seorang itu malah marah dalam kebenaran, saaat dinasihati untuk kebenaran dan kebaikan, tapi justru merasa paling benar dan sombong. Padahal sejatinya, bagi orang yang berakal, maka dia akan marah dalam kebatilan. Marah jika ada kemaksiatan dihadapannya. Bukan malah marah-marah saat dinasihati untuk kebenaran.

“Orang yang dungu, marah terhadap kebenaran, sedangkan orang yang berakal marah terhadap kebatilan.” ( al Imam Ibnu ‘Abdil-barr rh)

Memang terkadang manusia tidak suka dengan teguran karena didalam dirinya ada sifat egois, yang merasa dirinya selalu benar. Padahal manusia tempatnya salah dan lupa. Ada kalanya manusia itu berbuat kesalahan sehingga harus ada yang mengingatkan dan menasihati dia. Menasehati dalam kebaikan.

Manusia mempunyai kewajiban untuk saling menasihati dalam hal kebaikan. Itu tandanya dia sayang terhadap saudaranya sehingga menasehati jika saudaranya berbuat kesalahan.

Oleh karena itu, terimalah teguran atau nasehat yang diberikan oleh saudara kita jika itu yang terbaik menurut pandangan Islam. Saling menasihati dalam kebaikan dan kebenaran.

Kamis, 29 November 2018

Akhlak Baik, Harus!



Oleh: Minah, S.Pd.I
(Penulis Motivasi)

Islam adalah agama yang sempurna dan merupakan agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya, dirinya sendiri dan sesama manusia. Hubungan manusia dengan Penciptanya  (aqidah, ibadah mahdoh), Dirinya sendiri (akhlaq, makanan, pakaian), Sesama manusia (uqubat dan muamalah). Ternyata Islam itu tidak hanya perkara aqidah dan ibadah saja, melainkan juga mengatur tentang akhlak, makan, pakaian dll.

Banyak yang masih kita lihat, ada yang rajin sholat, menutup aurat tapi akhlaknya tidak baik. Nah, ini yang harus diluruskan lagi agar kita menjalankan aturan Allah secara sempurna tidak setengah-setengah. Kalau dia sudah mengaku beriman maka harus menjalankan aturan Islam secara menyeluruh. Mengamalkan syariah Islam secara menyeluruh.

Akhlak adalah bagian dari syari'at Islam. Bagian dari perintah-perintah Allah dan larangan-larangan-Nya. Akhlak harus ada serta nampak pada diri setiap muslim, agar sempurna seluruh amal perbuatannya dengan Islam, dan sempurna pula dalam melaksanakan perintah-perintah Allah. Untuk merealisasikannya di tengah-tengah masyarakat secara utuh, maka tidak ada jalan lain kecuali dengan mewujudkan perasaan-perasaan Islami dan pemikiran-pemikiran Islam.

Untuk mencapai tujuan akhlak, maka hendaklah didasarkan dengan Aqidah Islamiyah. Dan sifat-sifat akhlak harus berlandaskan aqidah semata. Oleh karena itu seorang muslim tidak akan memiliki sifat jujur hanya semata-mata kejujuran saja, tetapi karena Allah memerintahkan demikian; meskipun ia mempertimbangkan realisasi nilai akhlaknya tatkala ia berlaku jujur. Dengan demikian akhlak tidak semata-mata wajib dimiliki karena diperlukan oleh manusia, akan tetapi ia merupakan perintah Allah.

Akhlak terdiri dari akhlak baik dan buruk, namun syara’ memerintahkan kita untuk berakhlak baik dan melarang berakhlak buruk. Setiap Muslim, wajib menghiasi dirinya dengan akhlak yang baik. karena akhlak baik itu merupakan perintah Allah. Jika kita yakin bahwa jujur adalah perintah Allah dan yang diharapkan ridho Allah, sudah pasti ganjarannya adalah mendapatkan pahala atas perbuatannya.

“Sesungguhnya orang yang terbaik diantara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (Mutafaq’alaihi)

“Tidak ada satupun yang lebih berat pada timbangan amal seorang Mukmin dihari kiamat daripada akhlak yang baik. Dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang ucapan dan perilakunya buruk.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah SAW pernah ditanya tentang perkara yang paling banyak menjadi penyebab masukknya manusia ke surga. Dan Beliau menjawab: “Perkara itu adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.”

Nah, itulah beberapa nash-nash tentang berakhlak baik. Namun, masih banyak lagi dalil-dalil yang menjelaskan tentang berakhlak baik. ini menunjukkan bahwa berakhlak baik itu adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang Muslim.

Beberapa contoh akhlak baik yang saya kutip dari buku Pilar-Pilar Nafsiyah Islamiyah yakni:
1. Jujur, kita diperintahkan Allah untuk berbuat jujur. Kejujuran adalah buah dari keimanan, sebagai ciri utama orang mukmin, bahkan ciri para Nabi. Tanpa kejujuran, agama tidak akan tegak dan tidak akan stabil. Allah berfirman:
“Hai 0rang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah:119)

Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya kejujuran akan membawa kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan menghantarkannya ke surga. Seseorang yang senantiasa berkata benar dan jujur akan tercatat di sisi Allah sebagai orang yang benar dan jujur. Sesungguhnya dusta itu membawa pada kejahatan yang akhirnya akan menghantarkannya ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta
(HR. Bukhari dan Muslim)

2. Menampakkan wajah yang beseri-seri
“Engkau jangan menyepelekan kebaikan sedikitpun, meski hanya sekadar bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri-seri.” (HR. Muslim)

So, ketika bertemu dengan saudari atau sahabat kita, maka tampakkanlah wajah yang berseri-seri dan senyumlah karena itu sedekah dan merupakan akhlak yang baik, usahakan jangan cemberut ya..  yang ada nanti sahabat kita malah bertanya-tanya, yang penting kudu ceria dan senyum. Oke! 

3. Menjauhi perbuatan menggunjing dan adu domba.
Hmm.. ini yang sering dilakukan kebanyakan dari perempuan yang suka membicarakan kejelekan orang atau bahasa kerennya ghibah or gosip. Kalau ngumpul-ngumpul yang dibicarakan kejelekan saudarinya sendiri. Astaghfirullah. Padahal Islam sangat melarangnya.
Allah SWT berfirman:
“Janganlah  sebagian dari kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah  salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya sendiri yang telah mati? Tentu kalian merasa jijik.” (QS. Al-Hujurat:12)

Rasulullah juga bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.” (HR. Mutafaq’alaih).

Oleh karena itu, berhati-hatilah saudariku, jagalah lisan kita untuk tidak menghibah atau menggunjing saudari atau sahabat kita. Karena sangat keras balasannya diibaratkan memakan bangkai saudarinya kan jijik. Hmm..  semoga lisan kita selalu terjaga dan berkata baik. Aamiin.

Nah, itulah beberapa penjelasan tentang akhlak dalam hukum Islam dan contoh tentang akhlak yang diperintahkan Islam, bahwa akhlak baik itu harus! yang pastinya masih banyak lagi contoh-contoh tentang akhlak yang baik.

 Mau  tahu lagi tentang akhlak baik dan seputar ilmu Islam lainnya? Makanya yuk ngaji, agar ilmu Islammu semakin bertambah. Dan kita juga punya kewajiban untuk menuntut ilmu Islam agar pemahaman kita tentang Islam akan semakin bertambah. Yuk Bersama Islam, melangkah maju, meraih prestasi, menggapai kehidupan yang kekal abadi yakni surga.

Kamis, 01 November 2018

Hakikat Tauhid





Oleh: Minah, S.Pd.I
(Penulis Motivasi)

Kita pasti sudah mengetahui bahwa rukun Islam yang paling pertama adalah Laa ilaaha illallaah. Dalam sebuah hadits, Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam mengatakan: “Islam dibangun atas lima hal, yang pertama adalah syahadatain Laa ilaha illallaah wa ana Muhammad Rasulullah. .…” (HR Bukhari dan Muslim). Dan kita juga mengetahui bahwa orang dikatakan telah masuk Islam apabila berkomitmen dengan Laa ilaaha illallaah.

Untuk masuk Islam, kuncinya adalah Laa ilaaha illallaah sebagaimana kunci masuk surga adalah Laa ilaaha illallaah. Maksudnya adalah bukan sekadar mengucapkan, akan tetapi komitmen dengan makna kandungannya yaitu kafir terhadap thaghut atau menjauhi thaghut dan iman atau ibadah kepada Allah artinya: Apabila orang tidak merealisasikan Laa ilaaha illallaah maka orang tersebut belum memiliki kunci keIslaman yaitu pengamalan akan Laa ilaaha illallaah.

“Siapa yang kufur terhadap thaghut dan beriman kepada Allah, maka dia itu telah berpegang teguh kepada buhul tali yang sangat kokoh (laa ilaaha ilallaah)” (QS. Al Baqarah [2]: 256)

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam kitab beliau Thariqul Hijratain wa Babus Sa’adatain: “Islam itu adalah mentauhidkan Allah dan ibadah hanya kepada Allah saja tidak ada satupun sekutu bagi-Nya, iman kepada Allah dan Rasul-Nya serta mengikuti apa yang dibawa oleh Rasul, dan barangsiapa tidak membawa hal ini, maka ia bukan Muslim”. Karena ia belum memegang Laa ilaaha illallaah.

Kita sering mendengar bahwa nikmat yang paling agung adalah nikmat iman dan Islam, hal itu adalah Laa ilaaha illallaah, namun bukan hanya sekadar ucapan tanpa mengetahui maknanya. Jika orang tidak memahami hakikat Laa ilaaha illallaah dan tidak mengamalkannya, maka ia tidak mungkin merasakan nikmat itu, akan tetapi di sini apabila orang memahaminya, mengamalkannya, walaupun harus meninggalkan harta dunia atau materi atau apa saja yang ia miliki, jika dia sudah merasakan nikmat Laa ilaaha illallaah, maka ia akan berani meninggalkan semuanya demi meraih ridha Allah, meraih surga dan selamat dari api neraka.

 Tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amal, menurut tuntunan Islam, tauhidlah yang akan menghantarkan manusia kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di akhirat nanti. Dan amal yang tidak dilandasi dengan tauhid akan sia-sia, tidak dikabulkan oleh Allah dan lebih dari itu, amal yang dilandasi dengan syirik akan menyengsarakannya di dunia dan di akhirat. Allah berfirman:

 “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelum kamu, ‘jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja yang kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”. (Az-Zumar: 65-66)

Hakikat Tauhid, ialah pemurnian ibadah kepada Allah, yaitu menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekuen, dengan mentaati segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepadaNya. Untuk inilah sebenarnya manusia diciptakan Allah. Dan sesungguhnya misi para Rasul adalah untuk menegakkan tauhid. Mulai Rasul yang pertama, hingga Rasul terakhir, yakni nabi Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wassalam. Firman Allah:

   “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu.” (Adz-Dzariyat: 56).

  “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut.” (An-Nahl: 36)

   Jadi,  tauhid tercermin dalam kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Maknanya, tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah dan tidak ada ibadah yang benar kecuali ibadah yang sesuai dengan tuntunan Rasul yaitu As-Sunnah. Mentaati segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Orang yang mengikrarkannya akan masuk Surga selama tidak dirusak syirik atau kufur. Dan tauhidlah yang akan menghantarkan manusia kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di akhirat nanti. Wallahua’alam.

#Odop_Day1
#Revowriter
#GerakanMedsosUntukDakwah