Minggu, 30 Desember 2018

Sedikit Tertawa Dan Banyak Menangis





Oleh: Minah Mahabbah


Dalam kehidupan ini, kita sering ceria, senyum bahkan tertawa maupun menangis. Di saat ada hal yang lucu atau bahagia,pasti  akan tersenyum bahkan tertawa, dan jika ada hal yang menyedihkan tak jarang akan menangis. Itu wajar. Karena itu adalah perasaan yang dimiliki oleh manusia. Ada kalanya sedih maupun bahagia.

Perasaan sedih dan bahagia senantiasa mengiringi perasaan setiap manusia. Ketika ia mendapati sesuatu yang tidak dikehendakinya terjadi atau yang tidak menyenangkan ia bersedih dan menangis. Sebaliknya, ketika mengalami kebahagiaan dan kesenangan ia akan tertawa. Menangis dan tertawa asalnya adalah bagian dari fitrah manusia. Namun bila menangis dan tertawa secara berlebihan maka itu adalah perbuatan yang melampaui batas.

“Maka hendaklah mereka sedikit tertawa dan banyak menangis, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. At-Taubah:82)

 Ibnu Abbas radhiyallahu anhu. menerangkan ayat diatas: dunia ini hanyalah sebentar, silahkan tertawa wahai orang yang suka tertawa. Jika anda meninggalkan dunia dan menghadap Allah Subhanahu Wa Ta’aala, kalian akan menangis sepanjang masa.

Imam al-Qurthubi didalam kitab tafsirnya berkata: ayat diatas menunjukkan ancaman bagi orang yang sering tertawa atau menertawakan orang. Dan bukan berarti kita disuruh menertawai orang lain. Orang yang banyak tertawa terbahak-bahak dapat mematikan hati. Rasulullah Shollallahu ‘alaihi Wassalam bersabda, “dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR. Tirmidzi). Rasulullah  tidak pernah tertawa terbahak-bahak, Beliau paling besar tertawanya dengan senyuman lebar.

Oleh karena itu, tertawa  boleh-boleh saja yang penting jangan berlebihan, karena jika berlebihan bisa mematikan hati. Yuk sikapi perasaan senang dan bahagia dengan tidak berlebihan hingga tertawa terbahak-bahak.

Jumat, 28 Desember 2018

Muhasabah Diri




Muhasabah Diri

Oleh: Minah Mahabbah


Setiap manusia pasti memiliki kesalahan, adakalanya lupa sehingga melakukan kesalahan. Karenanya, kita dianjurkan untuk sering bermuhasabah diri memikirkan tentang apa saja yang telah dilakukan. Apakah banyak melakukan dosa ataukah melakukan amal sholeh?

Muhasabah diri adalah aktifitas yang mulia yang biasa dilakukan para sahabat Rasulullah Shollallahu ‘alaihi Wassalam. Muhasabah adalah upaya untuk intropeksi diri. Yaitu bertanya kepada diri sendiri tentang seluruh perbuatan yang telah ia lakukan apakah lebih banyak melakukan dosa dan maksiat ataukah melakukan amal sholeh hanya mengharap ridho dari Allah Subhanahu wa Ta’aala.

Umar bin khattab radhiyallahu anhu sering mengingatkan kaum Muslimin untuk selalu melakukan muhasabah diri. “hitunglah diri kalian sebelum datang hari perhitungan”.

Dalam pandangan Imam Hasan al-Bashri muhasabah akan meringankan hisab dihari kiamat. Sebab Allah tidak pernah melewatkan satu perbuatan pun melainkan telah tercatat disisiNya. Imam Ibnu Qoyyim al-Jauzi didalam kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin menjelaskan bahwa Muhasabah itu dilakukan sebelum melakukan perbuatan dan setelah melakukan perbuatan yaitu : Apakah perbuatan yang diinginkan mampu dilakukan atau tidak, Apakah perbuatan itu sesuai dengan tuntunan syari’at, atau Apakah perbuatan itu dilakukan dengan ikhlas karena Allah.

Muhasabah diri sangat bermanfaat untuk mengoreksi diri sendiri, mengingat amal yang masih sedikit, mengingat banyaknya maksiat dan yang pasti mengingat semakin dekatnya kematian.

Muhasabah diri dapat dilakukan disaat berbaring hendak tidur atau diwaktu bangun dipenghujung malam disaat sholat tahajjud.

Oleh karena itu, mari kita muhasabah diri untuk lebih baik lagi, agar setiap perbuatan yang kita lakukakan sesuai dengan syariat Allah sehingga Allah ridho dengan perbuatan yang kita lakukan. Muhasabah diri bisa dilakukan sebelum tidur malam atau di waktu bangun dipenghujung malam saat sholat tahajjud. Dengan bermuhasabah, setiap saat kita akan terdorong untuk terus berupaya untuk menjadi orang yang selalu taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’aala serta menjauhi kemaksiatan dan dosa.

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyar:18)

Kamis, 27 Desember 2018

Teladan Inspiratif Untuk Muslimah



Oleh: Minah, S.Pd.I

Muslimah, kamu adalah wanita cantik yang berupaya untuk terus taat dan bertaqwa kepada Allah. Kamu adalah teladan bagi anak-anakmu kelak. Jika kita ingin mencari contoh wanita yang sempurna keteladanannya kepada Allah, tak lain tak bukan adalah para shahabiyah dan muslimah generasi terdahulu. Gagasan dan jasa-jasa mereka begitu membumi dan inspiratif. Tak akan habisnya mengisahkan keunggulan generasi muslimah mulia itu. Siapakah dia? Yuk simak.

Khadijah radhiyallahu anha. perempuan cantik dan kaya raya, banyak dilirik oleh pembesar Quraisy untuk dipersunting. Namun Khadijah lebih memilih Nabi Muhammad. Terkenalnya seorang khadijah bukan karena kecantikan wajahnya, namun karena pengorbanannya yang demikian fenomenal dalam mendukung perjuangan dakwah Rasulullah Shollallahu ‘alaihi Wassalam.

Sehingga Rasul pun memuji Khadijah : “Demi Allah, tidak ada ganti yang lebih baik dari dia, yang beriman kepadaku saat semua orang ingkar, yang percaya kepadaku ketika semua mendustakan, yang mengorbankan semua hartanya saat semua berusaha mempertahankannya dan darinyalah aku mendapatkan keturunan.” Begitulah Khadijah, istri sejati, Muslimah yang dengan segenap kemampuan dirinya berkorban demi kejayaan Islam. adakah perempuan masa kini yang menyamai pengabdiannya?

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Jibril ‘alaihi salam. Mendatangi Nabi Muhammad dan berkata, “Sampaikanlah salam kepada Khadijah dari Allah dan dari aku. Beritahu kepadanya bahwa baginya sudah disediakan rumah disurga terbuat dari batu permata, yang tidak ada keributan dan rasa lelah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

  Masyaallah, bahkan Khadijah radhiyallahu anha dijamin masuk surga dan mendapatkan salam dari Allah. Indah bukan? Muslimah mana yang tidak ingin dijanjikan surga? Yang ada kita pun menginginkannya.

Begitupun Fatimah az-Zahra putri Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi Wassalam. Fathimah az-zahrah mempunyai kedudukan tersendiri di antara wanita-wanita muslimah, terutama dalam hal ibadah. Bahkan karenanya ia mendapat julukan “al-Batul” (orang yang meninggalkan kehidupan duniawi demi untuk beribadah kepada Allah).

Fathimah sangat jauh dari gemerlapnya dunia. Ia sangat taat kepada Allah. Ini membuatnya berada dekat dengan level Rasulullah. Juga menjadi dirinya sebagai pemimpin kaum wanita di zamannya. Hadits-hadits shahih yang berbicara tentang surga yang dijanjikan untuk Fathimah sangatlah banyak. Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan  oleh Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhu. “Rasulullah Shollallahu ‘alaihi Wassalam membuat empat buah garis diatas. Beliau berkata, “tahukah kalian apa ini?” para sahabat menjawab, “ Hanya Allah dan RasulNya yang tahu.” Beliau berkata, ‘wanita surga yang paling utama adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim (istri Fir’aun), dan Maryam binti Imran.” (HR. Ahmad).

Ummul mu’minin berkata Aisyah radhiyallahu anha. berkata, “Nabi Shollallahu ‘alaihi Wassalam, berkata kepada Fathimah, ‘Tidaklah  kamu suka jika kamu menjadi pemimpin kaum wanita ahli surga atau pemimpin kaum wanita beriman?” (HR. Bukhari). Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda : “Seorang malaikat turun dan memberiku kabar gembira bahwa fathimah adalah pemimpin wanita penghuni surga.”

Begitupun dengan Aisyah radhiyallahu anha, salah satu seorang istri Nabi dan juga cendikiawan muda. Para sahabat banyak mendapatkan ilmu dari beliau. Aisyah dikenal cerdas dan pandai sehingga menjadikannya tergolong sebagai al-mukatsirin (orang yang terbanyak meriwayatkan hadits). Muslimah yang wafat pada usia 63 tahun ini telah meriwayatkan 2.210 hadits dari Rasulullah Shollallahu ‘alaihi Wassalam. Diantaranya, 297 hadits tersebut dalam kitab shahihain  dan mencapai derajat mutafaq’alaih 174 hadits. Wahai Muslimah, adakah muslimah masa kini mampu menandingi hafalannya dibidang hadits ini?

Kisah inspiratif diatas hanya beberapa yang dijelaskan namun, masih banyak lagi contoh Muslimah dan para shohabiyah dan juga muslimah sesudah era Rasulullah Shollallahu ‘alaihi Wassalam lainnya yang layak dijadikan teladan inspiratif bagi muslimah saat ini. Semoga kita bisa meneladani mereka. Aamiin. Dari keteladan mereka, mampu membuat kita semakin berupaya untuk menjadi muslimah yang baik dan sholehah, serta semakin meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Insyaallah.

Muslimah Sholihah Taat Syariah





Oleh: Minah, S.Pd.I


Muslimah Sholihah, kamu adalah anugerah terindah, yang tidak semua mampu mendapat gelar itu, karena kamu taat syariah, namun setiap wanita pasti menginginkan menjadi wanita sholihah.

Muslimah sholihah, kamu dicemburi bidadari surga karena kamu taat syariah bukan hanya indah paras dan jelita wajahmu, tapi karena ketakwaanmu.

Muslimah sholihah, karena kamu taat syariah, maka kamu tahu wajibnya menggunakan kerudung, kerudung yang dikenakan dikepala hingga menutupi dada.

Muslimah sholihah, kamu tutupi tubuhmu dengan menggunakan jilbab yang terulur keseluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, tidak ketat dan tidak tipis. Ini dikarenakan karena kamu tahu syariat Islam hingga taat Syariah.

Muslimah sholihah, tutur katamu terjaga, lisan hanya berucap yang baik atau diam tidak membicarakan orang, berbicara yang santun tidak menyakitkan.

Muslimah sholihah, kamu berupaya menjaga kemuliaanmu hanya ketaatanmu kepada Allah.
Muslimah sholihah kamu adalah perhiasan dunia. “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholehah.” (QS. Muslim, an-Nasa’i dan ibnu Majah).

Menjadi muslimah sholihah itu tidak mudah, tidak instan. Butuh proses yang panjang. Prosesnya adalah keimanan dan taat syariah. Menjadi Muslimah sholihah adakalanya mengahadapi beraneka ragam ujian, namun karena dia taat syariah maka dia tegar menghadapinya. Semakin dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’aala, terus mengingat Allah serta tunduk dan taat kepadaNya. Semoga kita mampu menjadi Muslimah sholihah dan bisa menjalaninya dengan bahagia. Aamiin.

Dari Ummu Salamah radhiyallahu anha, ia berkata : “Saya bertanya, Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli ? Rasulullah menjawab, "wanita" dunia lebih utama daripada bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak, saya bertanya, " karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka ?" Rasulullah menjawab, karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah... (HR. Ath-Thabrani).

Oleh karena itu, pantaskan diri kita untuk senantiasa berupaya untuk menjadi Muslimah Sholehah taat syariah, agar Allah ridho dengan segala perbuatan kita. Muslimah sholihah yang senantiasa tunduk dan taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’aala.

Rabu, 26 Desember 2018

Muslimah Perindu Surga






Oleh: Minah, S.Pd.I

Setiap Muslim, pasti menginginkan surga. Namun, untuk meraihnya tidak mudah, kita harus senantiasa beramal, berharap meraih ridho Allah dan Allah balas dengan surgaNya.  Hanya orang yang beriman dan beramal sholeh yang mampu merasakan kenikmatan surga.

Sebaik-baik tempat bagi seorang Muslim adalah surga. Yang disediakan Allah  bagi orang-orang yang beriman. Surga yang begitu nikmat, dan tidak ada bandingannya dengan kenikmatan di dunia.  Lantas, apakah kita pantas bisa  menjadi penghuni surga?

Karenanya, kita harus memaksimalkan diri dari sekarang untuk menyiapkan bekal di dunia agar kita mampu meraih hasilnya di akhirat. Bersusah payah di dunia demi balasan di akhirat kelak.

Surga hanya disediakan bagi orang-orang yang beriman dan diharamkan atas orang-orang kafir. Orang-orang yang menjadi penghuni surga antara lain: Para Nabi, orang-orang yang jujur, syuhada, orang-orang yang sholeh, orang-orang yang berbuat baik, orang-orang yang sabar, orang yang bertakwa, beriman dan beramal sholeh, orang yang bertaubat. Dan masih banyak lagi. Selama mana kita senatiasa tunduk dan taat kepada Allah Subhnahu Wa Ta’aala, menjalankan perintahNya dan menjauhi larangaNya.

Kenikmatan-kenikmatan surga itu begitu indah, dan  kita pasti merindukan surga, karena kenikmatannya tidak sebanding dengan kenikmatan di dunia.

“Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera.” (QS. Al insan:12)

Oleh karena itu,  yuk kita bersegera menggapai kenikmatan surga dengan beriman dan beramal sholeh di dunia.

“Dan beresegeralah  kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran: 133)

“Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Dimana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya  Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah:148).

“Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa:69)

Oleh karena itu, Muslimah perindu surga, sudah selayaknya kita untuk tunduk dan taat kepada Allah, beriman kepada Allah, dan beramal sholeh, menutup aurat secara sempurna, berbakti kepada kedua orang tua, taat kepada suami, bagi istri yang taat kepada suami, menunaikan sholat lima waktu, memelihara kehormatannya, maka ia akan memasuki surga dari pintu mana saja yang dia suka. Masyaallah.

Setiap muslimah pasti merindukan surga karena keindahan dan kenikmatannya, untuk meraih surgaNya, tak lepas dari ketaatannya kepada Allah. tunduk dan taat kepada Allah, beriman dan beramal sholeh. Oleh karena itu, muslimah, yuk persiapkan diri untuk bisa menjadi lebih baik, agar kelak kita mampu menggapai kehidupan yang kekal abadi yaitu  meraih surgaNya.

#Revowriter
#JemariMenariMinah
#GoresanPenaMinah

Selasa, 25 Desember 2018

Sholeh Sendiri Mana Asyik, Yuk Dakwah



Oleh: Minah, S.Pd.I

Keadaan kaum Muslimin saat ini berada dalam keterpurukan. Masalah yang terjadi sering kali diabaikan. Dalam pergaulan dan berpakaian sudah susah dibedakan antara mana kaum Muslim mana yang bukan. Pergaulan bebas dibiarkan, memamerkan aurat seolah-olah merupakan sesuatu yang lumrah, narkoba merajelala, , dan dalam banyak hal Muslim dengan kafir mirip tanpa ada pembeda yang jelas, pemahaman terhadap pemikiran dan hukum Islam juga terus menurun.

Akhlak generasinya semakin jauh dari tatanan kehidupan Islam. gaya hidupnyapun banyak yang sudah tidak sesuai dengan hukum Syara’. Hukum-hukum dan pemikiran yang diterapkan dimasyarakat adalah hukum yang bukan Islam. Bila keadaan begini terus, bagaimana seseorang berdiri tegak dihadapan Allah, mempertanggungjawabkan keadaan ini? kondisi seperti ini akan menghasilkan generasi Muslim yang tidak lagi menyatu dengan aturan dan hukum Islam. padahal Negeri ini adalah mayoritas Islam. Astaghfirullah.

Oleh sebab itu, orang yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri, keluarga dan masyarakatnya dan takut kepada Allah, akan berupaya untuk melakukan perubahan ke arah Islam. Allah mensyariatkan  suatu aktifitas yang dikenal dengan Istilah Dakwah yang merupakan bagian syariat Allah.

Dakwah merupakan suatu kewajiban dan sangat penting, untuk mengubah umat menjadi lebih baik dan segala aktifitasnya senantiasa terikat dengan hukum syara’.

Islam adalah agama yang sangat memperhatikan hubungan manusia dengan manusia yang lain. Dan tugas kita sebagai manusia adalah sebagai hamba Allah yang Taat kepada Allah. Dan berbuat baik kepada sesama manusia. Taatnya kita kepada Allah adalah menjalankan aturan dari Allah Subhanahu Wa Ta’aala.  Salah satu aturan dari Allah adalah kewajiban berdakwah.

Dakwah merupakan upaya untuk menyeru manusia kepada jalan Islam hingga mereka keluar dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam. Dakwah juga menyeru manusia agar beriman dan beramal sholeh, menjalankan seluruh hukum syara’ dalam kehidupan ini dengan berlandaskan pada Alquran dan sunnah. Allah Subhanahu Wa Ta’aala berfirman:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan palajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl : 125).

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang maruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.  Mereka akan diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS At Taubah : 71).

“Siapa saja yang menyeru manusia pada petunjuk (Islam), dia pasti akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala yang diperoleh orang yang mengikuti petunjuk itu tanpa mengurangi sedikitpun pahalanya.” (HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzi, an Nasa’I dan Ibn Majah)

Dalam berdakwah itu tidak mudah. Tapi, dakwah itu butuh pengorbanan dan perjuangan. Pengorbanan di jalan dakwah ialah berupa waktu berharga, bukan waktu sisa. Pengorbanan itu berupa waktu, tenaga, perasaan dan pemikiran.  Tak sedikit dakwah kita berliku, akan ada tantangan yang dihadapi. Ada yang menerima dakwah kita namun ada juga yang menolak.

Jadi teringat peristiwa sejarah dakwah Rasulullah Shollallahu ‘alaihi Wassalam yang luar biasa, ada yang menerima dakwah beliau dan ada yang menolak bahkan melempari kotoran, hingga mau dibunuh oleh kafir Quraisy dan tidak sedikit sahabat Rasulullah pun disiksa bahkan dibunuh karena menyampaikan dakwah Islam. Namun, Rasulullah dan para sahabat tetap berdakwah, mereka akan mengorbankan waktu, harta dan nyawa mereka demi Islam, dan akhirnya sampai sekarang Islam bisa tersebar keseluruh penjuru dunia. Masyaallah.

Hmm.. ngak kebayang kan jika Rasulullah dan para sahabat tidak berdakwah atau putus asa dalam dakwah karena tantangan yang ada, padahal kalau hal kualitas keimanan mereka luar biasa yang tidak diragukan lagi, sudah pasti Islam ngak eksis sampai sekarang. Namun, Rasulullah dan para sahabat, tidak sedikitpun mereka mundur, mereka tetap berdakwah demi kemuliaan Islam.

Oleh karena itu, Sebagai seorang Muslim haruslah mampu meluangkan waktunya berjuang untuk Islam, berdakwah untuk melanjutkan kehidupan Islam. dan istiqomah dalam jalan dakwah. Apapun akan dikerahkan walaupun harus mengorbankan waktunya, tenaganya, perasaannya, dan pemikirannya. Yakin bahwa amanah dakwah itu adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan yang semata-mata hanya ingin mendapatkan ridho Allah. Wallahualam.
Itulah indahnya Islam, selain kita diperintahkan untuk menuntut ilmu Islam, kita juga harus bisa memahami dan mengamalkan dalam diri kita, aturan Allah harus ditaati, menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah. misal: kita sudah tahu bahwa menutup aurat itu wajib, maka kita harus menutup aurat dan dakwahkan, sampaikan kepada saudara kita yang belum paham. Karena dakwah merupakan bagian dari kecintaan kita pada Islam, Allah dan Rasul, serta bukti sayang kita terhadap saudara kita. Dan untuk mendakwahkan pasti butuh ilmu kan?

 Oleh Karena itu, yuk ngaji! agar pemahaman Islammu semakin bertambah. Karena kita tidak menginginkan sholehah sendiri, tidak mau baik sendiri, namun berusaha untuk menyampaikan dengan dakwah, bukti sayang dan peduli kita terhadap sesama Muslim. Senantiasa mengupayakan agar sama-sama untuk meraih ridho Allah dan memasuki JannahNya. InsyaAllah.

Membangun Iman Sekokoh Karang



Oleh: Minah, S.Pd.I
(Penulis Motivasi)


Perkara hidup adalah perkara yang serius yang harus kita jalani dengan penuh keimanan dengan iman yang sebenar-benarnya.  Kita beriman yakin akan keberadaan Allah, Allah Sang Pencipta kita, Allah lah yang menciptakan manusia, alam semesta beserta isinya. Dan Allah juga lah yang mengatur semuanya. Lantas, bagaimana agar kita bisa membangun iman sekokoh karang?atau iman yang kuat?

Akankah iman itu layaknya Bilal bin Rabbah? Ia disiksa kemudian ditimpa batu yang besar di tengah teriknya matahari dan panasnya gurun pasir. Namun ia tidak tergoyahkan sedikitpun. Seraya berkata: Ahad, Ahad, Ahad (Allah Maha Esa). Apabila Bilal hanya berkata ‘Ahad’, orang Kafir Quraisy akan semakin menyiksanya. Namun Bilal tetap mengatakan ‘Ahad’. Jika mereka bosan menyiksa Bilal, mereka mengikat leher Bilal dengan tali yang kasar lalu menyerahkannya kepada sejumlah orang yang tidak berbudi dan anak-anak agar menariknya di jalanan dan menyeretnya di sepanjang Mekah. Tetapi, Bilal menikmati siksaan yang diterimnya karena keimanannya kepada Allah dan Rasul. Sambil mengumandangkan ‘Ahad’.

Akankah kita seperti Sumayyah? Ia disiksa habis-habisan namun imannya tiada terbeli hingga tombak menjadi saksi kesyahidannya, tombak itu tertembus dari kemaluannya hingga kemulutnya.

Akankah kita seperti sosok Mush’ab bin Umair? Ia adalah seorang pemuda yang tampan, rapi penampilannya, pakaiannya yang terbaik dan orangtuanya yang sangat menyayanginya serta ibunya yang kaya raya. Namun, ketika Mush’ab bin Umair masuk Islam dan memiliki keimanan yang kokoh kepada Allah dan RasulNya. Ibunya sangat kecewa bahkan mengancam tidak akan makan dan minum serta terus berdiri tanpa naungan, baik di siang hari yang terik atau di malam yang dingin, namun hal itu tidak menggoyah keimanan mush’ab.

Mush’ab pun ditangkap oleh keluarganya dan dikurung di tempat mereka serta menyiksa mush’ab, ibunya yang dulu sangat menyayanginya, dan kini tega melakukan penyiksaan terhadapnya. Warna kulitnya berubah karena luka-luka siksaan. Tubuhnya yang dulu berisi, terlihat kurus.

Ali bin Abi Thalib berkata, “Suatu hari, kami duduk bersama Rasulullah SAW di masjid. Lalu muncullah Mush’ab bin Umair dengan mengenakan kain burdah yang kasar dan memiliki tambalan. Ketika Rasulullah SAW melihatnya, Beliau pun menangis teringat akan kenikmatan yang ia dapatkan  sebelum masuk Islam dibandingkan dengan keadaannya sekarang…” (HR. Tirmidzi)

Pada perang Uhud, Mush’ab mendapat amanah pemegang bendera Islam, lalu datang penunggang kuda dari kafir Quraisy kemudian menebas tangan kanan Mush’ab dan rerputuslah tangannya. Lalu mush’ab membacakan ayat:

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul.” (QS. Ali Imran: 144)

Bendera pun ia pegang dengan tangan kirinya, lalu orang kafir quraisy tersebut datang kembali dan menebas tangan kirinya hingga terputus. Mush’ab mendekap bendera tersebut di dadanya. Lalu anak panah merobohkannya dan Mush’ab gugur dalam keaadaan syahid.

Masyaallah, 3 kisah sahabat di atas mewakili sahabat Rasulullah yang lainnya yang merupakan gambaran keimanan para sahabat  dalam memperoleh dan mempertahankan keimanannya. Inilah iman yang kokoh. Tak tergantikan dengan apapun walaupun disiksa atupun mempertaruhkan nyawa hanya demi iman mereka dan kemuliaan Islam.

  Apa  sih rahasia iman para sahabat sekokoh itu? Rahasia hebatnya iman para sahabat itu sebenarnya terletak pada Islam. karena Islam adalah agama yang sempurna, agama yang sesuai fitrah manusia dan dalam proses keimananya melalui proses berpikir. Islam telah memberikan jawaban dengan melalui proses berpikir yang jernih, menyeluruh, benar, sesuai akal, menentramkan jiwa dan memuaskan hati.

Tetapi, sangat menyedihkan ketika kita melihat kondisi yang ada sekarang, banyak yang mengakui Islam dan beriman, sudah bersyahadat, namun, masih ada yang mencuri, korupsi, pacaran, mengumbar auratnya dan lain sebagainya. Apakah mereka tidak punya iman? Walaupun di KTP nya Islam, dia sholat dan mengaji. Ada juga hanya ingin sesuap nasi, uang banyak, punya jabatan tinggi, mereka rela menggadaikan imanya. Astaghfirullah.

Nah, disini penting sekali kita mengetahui bahwa iman itu tidak sekadar diucapkan di lisan saja. Seorang Muslim, tidak cukup sekadar mengucapkan syahadat saja, setelah itu selesai tanpa konsekuensinya. Namun, iman itu merupakan pembenaran dengan hati, diucapkan dengan lisan serta amal dengan anggota badannya (dilakukan dengan perbuatan).

Pembenaran dengan hati dengan cara berpikir. Lalu diucapkan dengan lisan, yakni dibuktikan dengan mengucapkan syahadat. Dan amal dengan anggota badan (dilakukan dengan perbuatan) adalah mengaku sebagai Muslim, beriman kepada Allah dan aktivitas kita terikat dengan hukum Allah.

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS.Al Ankabut:2-3)

Jadi, seorang Muslim tidak cukup Iman yang diucapkan dengan lisan saja, tetapi pengakuan iman adalah harus terikat dengan apa yang ia imani. Karena konsukuensi dari keimanan adalah bukti terikat dengan hukum Allah. Makanya Allah butuh bukti, sehingga bisa diketahui yang mana benar-benar beriman dan mana yang berdusta. Sehingga  aktifitas kita di dunia akan selalu diperhatikan dan dihisab oleh Allah. Oleh karena itu, jika kita memahami dengan benar tentang keimanan, insya Allah keimanan kita menjadi kokoh. Yakni keimanan sekokoh karang sebagaimana dari kisah sahabat Rasulullah, mereka bisa memperoleh dan mempertahankan keimanannya.

Oleh karena itu, melakukan aktifitas di dunia, tidak hanya mengaku Islam dan beriman saja namun harus diamalkan dalam perbuatan yang nantinya dipertanggungjawabkan di akhirat, serta akan dihisab oleh Allah. Jadi, jelaslah hidup yang kita jalani ini diciptakan oleh Allah, dan kemudian  menjalani hidup di dunia, setelah itu maut akan menjemput kita. karena itu, tunduk dan taatlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’aal serta mendekatkan diri kepadaNya, agar kita senantiasa memiliki keimanan yang kuat. Insyaallah.

Minggu, 23 Desember 2018

Mencari Harta Yang Paling Berharga




Oleh: Minah, S.Pd.I

Islam adalah agama yang sempurna dan mengatur seluruh aspek kehidupan umat manusia. Kita pun diperintahkan oleh Allah agar memeluk Islam secara kaffah (secara keseluruhan), tidak setengah-setengah. “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh kalian yang nyata.” (QS al-Baqarah 208).

Ketika kita Islam, tidak sekadar Islam saja, namun ada hal yang harus kita cari, berupa harta yang sangat berharga.

Islam  merupakan agama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, yang mengatur hubungan manusia dengan Khaliqnya (Penciptanya), dengan dirinya dan dengan manusia sesamanya. So, Islam tidak sekedar ibadah saja, seperti sholat, puasa dan zakat namun mencakup seluruhnya baik ibadah mahdoh maupun perkara pergaulan, muamalah, kesehatan dll.

Ketika kita Islam, maka kita juga harus beriman. Jika  kita beriman maka sudah pasti akan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’aala. Iman itu bermakna pembenaran yang pasti yang sesuai dengan kenyataan yang muncul dari dalil/bukti. Pasti artinya 100% kebenaran/keyakinannya tanpa ada keraguan sedikitpun. Sesuai dengan fakta artinya memang benar adanya. Contoh: keberadaan Allah, kebenaran Alquran, dan lain-lainnya.

Terkait masalah iman, bisa bersifat aqli dan naqli, tergantung perkara yang diimani. Jika bisa dijangkau panca indera/akal maka dalil keimanannya bersifat aqli. Yang mampu dijangkau akal adalah manusia, alam semesta dan hidup. Jika diluar jangkauan panca indera maka didasarkan pada dalil naqli (alquran dan hadits).

Walaupun  akal kita tidak bisa menjangkau bentuk Allah, tetapi bukan berarti Allah tidak ada atau khayalan saja. Karena sesuatu yang tidak terlihat belum tentu tidak ada. Allah memang tidak kelihatan bentuknya, tetapi Dia ada.

Dahulu Rasulullah SAW pernah bertanya kepada seseorang laki-laki arab baduy. “dengan apa engkau mengenal Rabbmu? Kemudian laki-laki itu menjawab. ‘tahi unta itu menunjukkan adanya unta dan bekas tapak kaki menunjukkan pernah ada orang yang berjalan.” Maksudnya untuk membuktikan keberadaan sesuatu, cukup dengan melihat benda-benda disekitar kita. contohnya saja saat kita melihat pulpen, kita langsung yakin bahwa pulpen itu dibuat pabrik pulpen. Kita pasti berpikir, tidak mungkin pulpen ada dengan sendirinya. Iya kan?

Begitupun jika kita membuktikan keberadaan Allah cukup dengan memikirkan manusia, langit, bumi beserta benda-benda dan kehidupan yang ada didalamnya. Mengapa kita harus memikirkan itu semua? Karena hanya itu (manusia, alam semesta dan kehidupan didalamnya) yang dapat diindera. Ingat, kita bisa memikirkan sesuatu jika sesuatu itu bisa diindera.

Karena keterbatasan akal dalam berpikir, Islam melarang manusia untuk berpikir langsung tentang Zat Allah. karena Zat Allah berada di luar kemampuan akal untuk menjangkaunya. Rasulullah SAW besabda: “ Berpikirlah kalian tentang makhluk Allah, tetapi jangan kalian berpikir tentang Zat Allah. Sebab, kalian tidak akan sanggup mengira-ngira hakikatNya yang sebenarnya.”  (HR. Abu Nu’aim).

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS: Ali-Imran: 190)

Jika pulpen yang begitu sederhana saja membutuhkan pencipta, apalagi alam semesta beserta isinya. Isi alam semesta itu banyak dan beraneka ragam. Dan coba kita pikirkan bahwa planet-planet yang mengitari matahari, itu semua berputar dengan teratur bahkan tidak ada yang bertabrakan. Padahal, semua benda-benda itu lemah sehingga tidak dapat menciptakan dan mengatur dirinya sendiri. Semua itu pasti ada penciptanya sekaligus pengaturnya, yaitu Dialah Allah SWT.

Kisah Nabi Ibrahim yang mencari Tuhan. Nabi Ibrahim menggunakan akal/pikirannya untuk mencari Tuhan Sang Pencipta alam semesta ini. ketika Nabi Ibrahim semakin dewasa, ia pun bertanya kepada orang tuanya, siapa yang menciptakan alam, siapa yang menjadikan dia dan orantuanya pun tidak mampu menjawab pertanyaannya. Nabi Ibrahim kemudian menggunakan akal dan pikirannya untuk mencari Tuhan Sang Pencipta alam semesta ini, karena akal manusia sangat terbatas, Nabi Ibrahim gagal untuk mengetahui siapa sebenarnya yang telah menciptakan  alam semesta ini.

Firman Allah SWT “ ketika hari telah malam, Ibrahim melihat bintang. Katanya: inilah Tuhanku? maka setelah dilihatnya bintang terbenam, ia berkata: Saya tidak akan berTuhan pada yang terbenam. Kemudian ketika melihat bulan purnama, ia pun berkata lagi: inilah Tuhanku? Setelah bulan itu lenyap, lenyap pula pendapatnya berTuhan kepada bulan itu. Seraya berkata: sungguh kalau tidak Tuhan yang memberi petunjuk, tentu saya menjadi sesat. Maka ketika siang hari, nampak olehnya matahari yang sangat terang. Ia pun berkata lagi: inilah Tuhanku yang sebenarnya? Inilah yang lebih besar. Setelah matahari terbenam, ia pun berkata: Hai kaumku! Saya tidak mau mempersekutukan Tuhan seperti kamu. Saya hanya berTuhan yang menjadikan langit dan bumi dengan ikhlas dan sekali-kali saya tidak mau menyekutukanNya.” (QS. Al-An’am: 76-79)

Diatas adalah sejarah singkat cara Nabi Ibrahim mencari Tuhan dengan menggunakan proses berpikir dengan memperhatikan alam sekitarnya. Dengan cara inilah yang juga diajarkan kepada kaumnya. Tentang agama tauhid. Inilah hebatnya Islam karena Islam itu sesuai fitrah manusia dan dalam proses keimanan melalui proses berpikir.

Dengan berpikir kita mampu meyakini sesuatu yang tidak terlihat oleh mata, seperti keberadaan Allah. Keyakinan itulah yang dinamakan dengan keimanan.  Dan iman itu adalah harta yang paling berharga. Iman itu adalah pegangan hidup kita. Iman tidak dapat di jualbelikan maupun diwarisi. karena kita beriman, kita menjadi yakin bahwa Allah adalah Sang Pencipta kita. Allah lah yang menciptakan manusia, alam semesta beserta isinya. Dan Allah juga lah yang mengatur semuanya. Semoga kita semua menjadi orang-orang yang beriman kepada Allah. Menjalankan seluruh perintah-perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Aamiin.

Allah SWT berfirman: “ Sesungguhnya pada langit dan bumi terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah untuk orang-orang yang beriman. Pada penciptaan kalian dan pada binatang-binatang melata yang bertebaran (dimuka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang yakin.” (QS. Al-Jatsiyah:3-4).

Sabtu, 22 Desember 2018

Beramal yang Tidak Sia-Sia




Oleh: Minah, S.Pd.I

Setiap manusia, pasti menginginkan agar amalnya itu tidak  sia-sia, walaupun kita masih melihat banyak orang yang tidak mau berbuat baik atau beramal sholeh. Karena bisa jadi hanya memikirkan senang-senang didunia ataukah enggan beramal.

Tanpa disadari mereka banyak melanggar aturan Allah, ada yang sudah paham tapi masih bermaksiat, tapi ada juga yang tidak tahu, akhirnya mereka kebablasan dalam berbuat hingga bermaksiat. Ini dikarenakan tidak mau mencari tahu dan tidak mau tahu.

Jika mereka memahami, bahwa hidup ini hanya sekali, hanya sebentar saja dan ketika mati, semua perbuatannya di dunia akan dipertanggungjawabkan, maka mereka pasti akan beramal sholeh saat di dunia. Dan setiap manusia akan melakukan yang terbaik dalam hidup ini, Beramal baik di dunia dan mendapatkan hasil yang baik di akhirat kelak. Menginginkan yang terbaik hanya untuk mendapatkan ridho Allah Subhanahu wa Ta’aala. Sehingga jika Allah Ridho dengan amal kebaikan yang kita lakukan maka tentu Allah akan balas berupa pahala dari Allah.

 Tapi terkadang masih saja seseorang salah dalam memahami sebuah amal kebaikan. Niatnya benar tapi caranya salah. Dan terkadang niatnya salah tapi caranya benar. Ini yang membuat amal itu tidak diterima oleh Allah atau amalannya tertolak dan sia-sia. Oleh karena itu, kita butuh Ilmu untuk memahami bagaimana amal kita bisa diterima oleh Allah, beramal yang tidak sia-sia maka harus banyak membaca dan mengkaji Islam.

Coba pikirkan, kalau kita berbuat baik, membantu orang tua, sholat, sedekah dan  melakukan amalan-amalan yang lain, tapi malah sia-sia bahkan tidak diterima oleh Allah, bagaimana rasanya? Pasti sedih, sudah lelah beramal malah sia-sia dan tertolak.

Seorang Muslim ketika beramal, maka harus memenuhi 2 syarat. Yakni, niat ikhlas dan caranya harus benar. Ketika syarat tersebut terpenuhi maka amal yang kita lakukan akan diterima oleh Allah.

Niat Ikhlas itu sangatlah penting dalam melaksanakan perbuatan agar apa yang kita lakukan akan mendapatkan ridho Allah. Rasulullah Shollallahu ‘alaihi Wassalam bersabda: “ Sesungguhnya segala perbuatan itu berlandaskan niat, dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa yang tujuan hijrahnya untuk meraih dunia, atau untuk menikahi wanita, maka hijrahnya  sebatas apa yang menjadi tujuan hijrahnya itu.” (HR.Bukhari).

Ketika sholat, menutup aurat, berbakti kepada orangtua, mengkaji Islam,  sedekah, itu semua kita lakukan niatnya bukan untuk dipuji oleh manusia. Akan tetapi, niatnya ikhlas hanya karena Allah. karena amal tersebut adalah suatu kewajiban yang Allah perintahkan. Bukan karena pujian manusia atau karena paksaan. Namun, semata-mata hanya ingin mendapatkan ridho Allah SWT.

Dan dalam beramal baik tidak sekedar hanya niat ikhlas, tetapi caranya juga harus benar. Yaitu mengikuti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Shollallahu ‘alaihi Wassalam.

"……Apa yang diberikan/diperintahkan Rasul kepada-mu maka terimalah/laksankanlah, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah." (QS.Al-Hasyr:7).

"Siapa saja yang melakukan suatu perbuatan yang tak ada perintah kami atasnya, maka perbuatan itu tertolak."  (HR. Muslim).

Jadi, kita sholat niatnya ikhlas hanya menginginkan ridho Allah, tapi caranya sholat harus kita ketahui sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah agar sholat kita diterima disisi Allah. Sama halnya ketika kita menutup aurat, niatnya hanya karena Allah, dan cara menutup auratnya harus benar, menggunakan kerudung dan jilbab, pakaiannya longgar, tidak ketat. Kerudungnnya menutupi dada.

Oleh karena itu, beramal tidak sekadar beramal saja. Namun, kita harus bisa memahami bahwa ketika kita beramal, agar tidak sia-sia, maka syarat tersebut haruslah terpenuhi yakni niat ikhlas karena Allah dan caranya juga harus benar, supaya amal yang kita lakukan diterima dan diridhoi oleh Allah. Jika Allah ridho, sudah pasti balasannya surga. Insya Allah. Yuk beramal sholeh.