Selasa, 26 Juni 2018

Berdakwah Atau Tidak, Kita Pasti Akan Bertemu KEMATIAN



Oleh: Minah, S.Pd.I
Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban

Kematian adalah sesuatu yang rahasia, kita tidak akan tahu kapan datangnya dan kapan perginya.


Kematian adalah berakhirnya ajal seseorang karena Allah SWT telah mengambilnya. Kematian pasti akan terjadi pada siapapun. Ia tidak kenal usia, dalam keadaan miskin atau kaya, dalam kondisi sakit atau sehat, siap atau tidak, apakah  kita dalam keadaan berdakwah atau tidak. Saat kematian menjelang, ia tidak dapat dimundurkan sedetikpun. Allah SWT berfirman:


“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati...” (QS. Ali ‘Imran: 185).


“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh...” (QS. An Nisa’: 78).


"Setiap umat mempunyai ajal (tenggat waktu). Ketika tiba ajal mereka, maka mereka tidak bisa memindah ditangguhkan meski hanya sesaat. Juga tidak bisa minta diajukan." (QS. Al-A'raf:34)


Tapi, sangat disayangkan jika masih banyak manusia yang belum mempersiapkan dirinya dengan alasan masih muda dan masih ingin bersenang-senang. Sementara kematian itu sangat dekat. Ada juga yang takut mati karena amalannya belum cukup, dan karena belum siap mati. Padahal kematiaan akan datang kapan saja jika Allah  inginkan. Tidak menunggu kita siap. Orang yang berdakwah saja pasti  akan menemukan ajalnya, apalagi  yang belum berdakwah.


Jadi, sekaya apapun kita, sehebat dan sesehat apa kita, pasti nanti akan merasakan mati. Dan hanya Allah yang tahu sampai kapan nyawa kita habis. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan diri dari sekarang, perbanyak amal baik di dunia agar kita bisa mempersiapkan kematian yang baik. Mendakwahkan Islam secara kaffah, sehingga kapanpun kematian datang, kita sudah siap.


Kematian adalah qadha Allah, setiap mukmin diperintahkan Allah untuk berusaha dan berdoa, maka dari itu, kita tidak boleh bermalas-malasan  untuk berusaha menjadi lebih baik. Menyiapkan  bekal  di dunia untuk kehidupan di akhirat.


Kematian akan datang kapan  saja, tidak menunggu kita siap. Oleh karena itu, kita harus  bersiap diri menghadapinnya, memanfaatkan kehidupan yang sebentar ini senantiasa untuk Allah, ingat akan mati dan akhirat, merasa diawasi Allah, selalu introspeksi diri, mengkaji Islam dan mendakwahkannya, memperbanyak amal kebaikan serta senantiasa berjuang dijalan Allah, agar kelak saat menghadapNya, kita dalam keadaan yang khusnul khotimah. Aamiin.

"Wahai jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah menghadap kepada  Rabbmu dengan hati yang ridho dan di ridhoinya. Maka masuklah kedalam golongan hamba-hambaKu. Dan masuklah ke dalam SurgaKu." (QS. Al-Fajr:27-30)

Minggu, 24 Juni 2018

Nasehat Pernikahan




Oleh: Minah, S.Pd.I

Pernikahan adalah ibadah yang sakral. Namun, masih banyak  diantara kita yang belum mengetahui dan memahami seluk beluk pernikahan. Padahal, tanpa pemahaman yang benar, bahtera pernikahan akan berjalan tidak sesuai dengan apa yang diidamkan. Bahkan bisa berakibat kepada kehancuran rumah tangga.


Setiap orang pasti ingin menikah. Menikah merupakan suatu kebahagiaan yang dinanti-nantikan bagi kita, karena setiap manusia mempunyai naluri untuk melanjutkan keturunan.


Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rum:21).


Namun ketika melangsungkan pernikahan ada rambu-rambu atau aturannya. Dari awal khitbah menuju pernikahan syar’i agar pernikahannya mendapatkan ridho dari Allah SWT. Berusaha acaranya  infishol taam/terpisah antara undangan laki-laki dan perempuan agar tidak campur baur/ikhtilat.


Dengan menikah, mengantarkan kesempurnaan agama. Dimana tujuan nikah itu ingin menggapai ridho Allah agar bisa menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah. Akan tetapi, untuk meraih itu, kita butuh memilih pasangan hidup yang sholeh-sholehah. Bukan karena harta, ketampanan maupun kecantikan, melainkan karena agamanya. Dan terpenting juga adalah kita memiliki ilmu Islam, agar mampu meraih keluarga yang harmonis dan Allah meridhoi pernikahan kita.


Menikah menyatukan 2 keluarga, yang dulunya belum halal, namun ketika ada ikatan pernikahan maka menjadi halal. Dari keluarga tersebut baik dari keluarga perempuan maupun laki-laki, harus menjaga silaturhami yang ada. Menjaga hubungan baik.


Seorang suami dan istri haruslah dijadikan sahabat hidup. Melengkapi satu sama lain, saling menasehati dalam kebenaran, tolong menolong, jujur, menjaga kepercayaan masing-masing dan terbuka. Terus bersabar dalam menghadapi ujian yang ada dalam rumah tangga dan mencari solusi penyelesaiannya  dalam Islam. Saling menguatkan dalam agama dan dakwah.


Ketika mengarungi biduk rumah tangga tidak selalu indah. Namun, ada saja problematika keluarga, tapi itu semua bisa dihadapi dengan solusi Islam. Kita ingin dalam keluarga itu, bisa bahagia dunia dan akhirat. Suami istri beriman kepada Allah, tunduk dan taat pada Allah.


Selain itu, orang yang menikah juga butuh ilmu untuk menjalankan kehidupan keluarga. Sebab menjalani keluarga, hubungan suami istri, dan ketika mempunyai anak yang sholeh sholehah, semua itu butuh ilmu. Iya kan? Oleh karena itu, menjalin sebuah pernikahan itu butuh ilmu, agar kita mampu mengarungi kehidupan berumah tangga dengan ilmu yang kita pahami sesuai dengan pemahaman Islam.


Semoga kelak yang akan menikah, mampu melaksanakannya sesuai syariat Islam. Dan semoga kita mampu mewujudkan keluarga yang taat kepada Allah, menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Menjadi istri sholehah dan suami yang sholeh, serta menjadikan keluarga ideologis yang bersama-sama berjuang untuk melanjutkan kehidupan Islam. serta istiqomah mendakwahkan Islam. Aamiin.

Rabu, 20 Juni 2018

39 Tulisan Inspirasi Ramadhan di ramadhan 1439 H 2018



Oleh: Minah, S.Pd.I

🌷 *Inspirasi Ramadhan*🌷
Proyek Ramadhan
#RamadhanBersamaRevowriter

Ada 39 Tulisan

Tulisan Minah
FB: Minah Mahabbah  Izzatal Islam

1. http://senaraiminah.blogspot.co.id/2018/05/mereguk-keutamaan-ramadhan.html?m=0

2. https://senaraiminah.blogspot.co.id/2018/05/ramadhan-saatnya-bermesraan-dengan.html?m=0

3. https://senaraiminah.blogspot.co.id/2018/05/puasa-ramadhan-harus.html?m=0

4. https://senaraiminah.blogspot.co.id/2018/05/ramadhan-bulan-penyucian-diri.html?m=0

5. https://senaraiminah.blogspot.co.id/2018/05/ramadhan-bulan-perjuangan.html?m=1

6. https://senaraiminah.blogspot.co.id/2018/05/berpuasa-yang-sia-sia-pahala-hilang-tak.html?m=0

7. https://senaraiminah.blogspot.co.id/2018/05/ramadhan-tiba-maksiat-jeda.html?m=0

8. https://senaraiminah.blogspot.co.id/2018/05/perbanyak-sedekah-di-bulan-ramadhan.html?m=0

9. https://senaraiminah.blogspot.co.id/2018/05/beramal-sholeh.html?m=0


10. https://senaraiminah.blogspot.co.id/2018/05/light-up-your-ramadhan.html?m=0

11. https://senaraiminah.blogspot.co.id/2018/05/puasa-itu-perisai.html?m=0

12. https://senaraiminah.blogspot.co.id/2018/05/ramadhan-obral-pahala-hapus-dosa.html?m=0

13. https://senaraiminah.blogspot.com/2018/05/keutamaan-doa.html?m=0

14. https://senaraiminah.blogspot.com/2018/05/menjaga-lisan.html?m=0

15. https://senaraiminah.blogspot.com/2018/05/mengkaji-islam.html?m=0

16. https://senaraiminah.blogspot.com/2018/06/ramadhan-bulan-alquran.html?m=1

17. https://senaraiminah.blogspot.com/2018/06/berpuasa-tetapi-tidak-sholat.html?m=0

18. https://senaraiminah.blogspot.com/2018/06/tips-bukber-agar-lebih-berkesan-dan.html?m=0

19. https://senaraiminah.blogspot.com/2018/06/manisnya-iman.html?m=0

20. https://senaraiminah.blogspot.com/2018/06/ramadhan-bulan-penuh-ampunan.html?m=0

21. http://senaraiminah.blogspot.com/2018/06/berburu-lailatul-qadar.html?m=1

22. http://senaraiminah.blogspot.com/2018/06/jujur-tidak-hanya-di-bulan-ramadhan.html?m=0

23. http://senaraiminah.blogspot.com/2018/06/kehidupan-di-dunia-sebagai-ladang-amal.html?m=0

24. https://senaraiminah.blogspot.com/2018/06/puncak-ibadah-selama-bulan-ramadhan.html?m=1

25. https://senaraiminah.blogspot.com/2018/06/detik-detik-ramadhan-akan-meninggalkan.html?m=0

26. http://senaraiminah.blogspot.com/2018/06/renungan-ramadhan.html?m=0

27. http://senaraiminah.blogspot.com/2018/06/tips-sukses-ramadhan.html?m=0

28. https://senaraiminah.blogspot.com/2018/06/oleh-minah-s.html?m=0

29. https://senaraiminah.blogspot.com/2018/06/takwa-buah-manis-ramadhan.html?m=0

30. https://senaraiminah.blogspot.com/2018/06/meraih-kemenangan-ramadhan.html?m=0

31. http://senaraiminah.blogspot.com/2018/06/idul-fitri-kembali-kepada-ketaatan.html?m=0

32. http://senaraiminah.blogspot.com/2018/06/memelihara-takwa-usai-ramadhan.html?m=0

33. http://senaraiminah.blogspot.com/2018/06/ramadhan-tidak-pernah-mati.html?m=0

Tambahan.

34. http://www.soeara-peladjar.com/2018/05/ramadhan-sebentar-lagi-apa-yang-harus.html?m=1

35. http://sholihah.net/2018/05/11/sambut-ramadhan-raih-ampunan/

36. http://www.remajaislamhebat.com/2018/05/marhaban-yaa-ramadhan-yuk-raih.html

37. http://www.radarindonesianews.com/2018/05/minah-spdi-ramadhan-akan-tiba.html?m=1

38. https://www.remajaislamhebat.com/2018/05/puasa-dan-khalifah-merupakan-perisai.html?m=1

39. http://www.soeara-peladjar.com/2018/05/sobat-hidupkan-ramadhanmu.html?m=1

#Jemari

Jangan Baper Jika Jodoh Belum Datang



Oleh: Minah, S.Pd.I

Terbesit dalam hati  akan usia yang tak muda lagi, berharap sesuatu yang belum datang menghampiri. Manusia memiliki naluri akan melanjutkan keturunan. Dengan umur yang terus bertambah, gejolak hati kian bertambah. Hmm.. kapan kah itu terjadi? jangan baper!

Setiap perempuan pasti menginginkan jodoh menghampiri dirinya, apalagi usianya yang tak muda lagi, berharap jodohnya datang dalam waktu yang ia inginkan. Namun, Allah belum mempertemukan jodohnya. Berarti Allah mau kita persiapan dulu. Siapkan diri menanti jodoh yang pasti. Tapi kita tak perlu baper jika belum ada pasangan. Nanti akan ada waktunya.

Ketika manusia tidak sabar, akan berkata: kenapa jodonnya nggak kunjung datang? Apa yang salah pada dirinya. Sedih dalam hati karena gejolak hati belum terpenuhi. Hmm.. jadi baper deh…

Nggak sedikit dari kalangan remaja maupun dewasa, menghalalkan cara dalam meraih jodohnya yakni dengan pacaran. Menurutnya dengan begitu mempermudah mendapatkan jodoh, saling mengenali satu sama lain dan mampu melampiaskan gejolak dihati. Astaghfirullah. Ingat! Pacaran dalam Islam nggak ada. Yang ada pacaran itu haram.

Belum lagi dari beberapa kalangan orangtua, menyalahkan anaknya karena jodohnya belum datang dikarenakan anaknya berpakaian menutup aurat secara sempurna, menggunakan kerudung yang besar dan jilbab, sehingga mengatakan karena pakaiannya yang memperlambat jodohnya. Padahal belum waktunya saja untuk dipertemukan jodohnya.

 Hmm.. Anaknya belum dapat jodoh malah yang disalahkan pakaiannya yang merupakan perintah Allah, dalam menutup aurat secara sempurna sesuai yang disyariatkan oleh Allah. Kalau perkara jodoh mah lain lagi. Jangan dibandingkan dengan pakaian syar’i.

Jodoh adalah rahasia Allah, itu sudah ditentukan oleh Allah, kapan jodoh itu datang? jika waktu yang tepat, pasti Allah akan berikan jodoh yang terbaik buat hambaNya disaat yang tepat. Kita dituntut untuk bersabar dalam menanti jodohnya. Berdoa sambil ikhtiar. Ikhtiar dengan memantaskan diri.

Bisa jadi Allah belum berikan jodoh, dikarenakan belum adanya kesiapan dalam diri kita, kan Allah yang tahu siap atau nggaknya kita?bener?

Wahai saudariku… Jodohmu akan Allah berikan saat yang tepat, disaat kita sudah siap. Bersabarlah! Jika waktunya tiba, maka akan indah pada waktunya. Yang penting pantaskan diri dulu. Apalagi jika ingin jodoh yang sholeh. Maka diri kitapun harus sholehah. Jika kita baik, insyaallah Allah akan berikan jodoh yang baik pula.

"Dan perempuan baik adalah untuk laki-laki baik dan laki-laki baik adalah untuk perempuan baik pula" (QS. an-Nur : 26)

Jodohmu adalah cerminan dirimu, jika ingin mendapatkan jodoh yang baik maka hendaklah dirimu baik. berharap yang sholeh, maka sholehahkan diri.

Oleh karena itu, yakinlah Allah akan memberikan jodoh yang terbaik buatmu, dan akan datang pada waktunya. Sembari menunggu jodoh, hendaklah memantaskan diri menjadi lebih baik lagi. Yakni terus berusaha untuk menjalankan semua aturan Allah, tunduk dan taat pada Allah, mengkaji Islam serta mendakwahkan Islam.

Semoga Allah memudahkan untuk mempertemukan jodoh yang baik buat kita pada waktu yang tepat dan saat kita sudah siap. Aamiin. Berharap mendapat jodoh dunia akhirat. So, Tetap positif thinking to Allah. Berbaik sangka pada Allah serta pikir positif. Jangan baper, jangan dijadikan beban nanti berat.

Senin, 18 Juni 2018

Ramadhan Tidak Pernah Mati



Oleh : Minah, S.Pd.I

Menjelang Idul Fitri kemaren, pengeras suara yang nangkring di atap masjid dan mushala tanpa lelah mengumandangkan takbir. Beberapa kendaraan  terbuka berpenumpangkan bedug, kentongan, dan beberapa personil takbiran menghiasi jalan raya. Sayup-sayup terdengar suara petasan. Dari pasar hingga pusat perbelanjaan di mal-mal dipadati konsumen yang berburu baju, sepatu, sendal, atau tas yang serba baru dengan harga menggiurkan.

Padahal Imam Syafi'i pernah berpesan, “Idul Fitri bukanlah diperuntukkan bagi orang yang mengenakan sesuatu yang serba baru, tetapi dipersembahkan bagi orang yang ketaatannya bertambah”.

Para pemudik rela bersabar dalam bis yang padat penumpang. Semangat berlebaran di kampung bersama orang tua dan keluarga. Bisa berkumpul dengan keluarga saat lebaran, merupakan kebahagiaan yang tiada tara. Walaupun tak semua yang bisa mudik karena biaya travel atau tiket pesawat yang naik drastis hingga jutaan. Sehingga hanya bisa sms, wa maupun video call. Namun, sangat bahagia karena menyambut hari raya idul fitri.

Semoga kita tidak  kebablasan merayakan  lebaran. Apalagi lebaran selalu identik dengan liburan dari kerja, sekolah, bahkan aktivitas dakwah. Lebaran tak sekadar berkumpul dengan keluarga besar, jalin silaturahmi, asyik merayakan lebaran, namun aktifitas dakwah jangan sampai libur.

Karena itu, ramadhan itu tidak pernah mati, karena dimanapun kita, ibadah dan amal sholeh ditingkatkan, dan semakin gencar untuk berdakwah amar ma’ruf nahi mungkar. Kita pasti sangat bergembira karena hari raya idul fitri, namun, semangat ibadahpun harus semakin ditingkatkan.

“Bagi orang yang berpuasa mendapat dua kegembiraan, yaitu saat berbuka puasa dan saat bertemu dengan Tuhannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Kita sepakat jika kegembiraan bertemu Idul Fitri sulit kita bendung. Sama sulitnya membendung kegembiraan saat mendengar suara bedug maghrib di bulan puasa. Inilah kegembiraan yang dijanjikan dalam hadis Rasulullah saw di atas.

Rasa ini ditegaskan dalam sabda Rasulullah saw. sebagaimana dituturkan Ibn Mas'ud: “Sekiranya para hamba (kaum Muslim) mengetahui kebajikan-kebajikan yang dikandung bulan Ramadhan, niscaya umatku mengharapkan Ramadhan terus ada sepanjang tahun.” (HR Abu Ya'la, ath-Thabrani, dan ad-Dailami)


Karena itu, selain kegembiraan berlebaran, seharusnya kita juga bersedih seperti para sahabat. Karena belum tentu kita ketemu Ramadhan di tahun berikutnya. Tidak  ada yang menjamin jika kita masih bisa meraih pahala di bulan puasa yang akan datang. Oleh karena itu, semangat ramadhan kemarin harus terus ada walau usai ramadhan.

Kita sangat senang melihat perkembangan umat Muslim selama ramadhan kemarin. Ibadahnya ditingkatkan, banyak membaca alquran, berdoa, zikir, bersedekah, tarawih, menjaga lisan, menutup aurat dan amalan sholeh lainnya begitu ditingkatkan. Intinya saat ramadhan ibadahnya semakin meningkat.

 
Namun, sangat disayangkan setelah ramadhan berlalu, ibadah memudar, menyusut hanya menjadi sholat lima waktu saja. Itupun jika mereka sempat. Astaghfirullah. Sedih jika demikian. Kita tidak menginginkan hal demikian. Harapannya ramadhan tidak akan pernah mati kapanpun itu, agar semangat ramadhan terus ada walau usai ramadhan. Ibadahnya terus meningkat dan menjalankan semua amal sholeh. Terus mengkaji Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar serta menjauhi maksiat. Semua amal sholeh itu harus dilaksanakan walau diluar ramadhan.  Rugi banget jika hasil ramadhan kemarin tidak ada peningkatan kearah yang lebih baik.
 
Kita tahu sendiri, tidak ada bulan yang paling kondusif untuk menggembleng pengendalian hawa nafsu dalam diri kita selain di bulan Ramadhan. Allah begitu sayang kepada kita hingga Dia mempermudah dengan membelenggu syetan. Lingkungan sekitar kita juga ikut terwarnai oleh cahaya Islam. Makanya rugi kalau bulan puasa kemaren cuma diisi rutinitas nahan lapar, haus atau formalitas tidak ngegosip serta hadir di pengajian.

Saat kita berpuasa Ramadhan, ibarat menjalani proses metamorfosis ulat dalam sebuah kepompong. Kalo proses metamorfosisnya berjalan sempurna, maka pasca Ramadhan kita akan menjadi manusia baru bergelar muttaqin layaknya seekor kupu-kupu yang indah dan cantik keluar dari kepompong.

Untuk itu, demi meraih kemenangan Ramadhan di bulan Syawal, kita manfaatkan benar-benar modal yang kita kumpulin sewaktu puasa kemaren. Jangan sia-siakan usaha kita mengendalikan hawa nafsu, banyak bersabar, atau bersikap simpati dan empati terhadap orang lain. Jangan sesali kebiasaan kita baca alquran ba'da shalat fardhu dan di waktu senggang. Jangan disayangkan harta yang kita keluarkan untuk bersedekah. Karena semua itu akan menjadi penolong kita kelak di akhirat.

Oleh karena itu, ramadhan akan terus ada dan tak akan pernah mati. Tetep semangat hadir di pengajian untuk meningkatkan wawasan Islam. Agar setiap perbuatan yang kita lakukan bisa disesuaikan dengan aturan Islam. Selain itu, tidak boleh absen untuk mengkondisikan keimanan dalam diri kita. Caranya bisa dengan bergaul di tengah orang yang baik-baik (sholeh atau sholehah), biar terkondisikan oleh kebiasaan baik mereka. Juga tingkatkan amalan-amalan sunnah seperti membaca alquran, shaum sunnah, atau mengkaji sirah (riwayat) Rasulullah dan para sahabat untuk diteladani.


Mari kita bersama-sama meraih kemenangan Ramadhan. Isi lembaran baru dalam keseharian kita dengan identitas baru sebagai orang yang bertakwa. Kita bisa memulainya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal. Seperti diriwayatkan oleh jamaah ahli hadis, kecuali Bukhari dan Nasa'i, dari Abu Aiyub al-Anshari bahwa Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan diiringinya dengan enam hari bulan Syawal, maka seolah-olah ia telah berpuasa sepanjang masa.”

Kita memang tidak bisa menahan agar Ramadhan selalu bersama kita. Tapi semangat Ramadhan sudah seharusnya tidak pernah mati dalam diri kita. Semangat untuk mengkaji Islam. Semangat untuk menyuarakan Islam. Dan semangat untuk menjadi pembela Islam.

Memelihara Takwa Usai Ramadhan




Oleh: Minah, S.Pd.I
(Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban)

Ramadhan sudah berlalu, apakah keimanan kita usai ramadhan meningkat atau biasa-biasa saja? Bulan ramadhan kemarin masanya merengguk berbagai macam amalan sholeh, getol ibadah, puasa, zikir dan doa, taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah), memperbanyak sedekah, amar ma’ruf nahi mungkar, semakin berakhlak baik, menutup aurat, semakin rajin mengkaji Islam, giat berdakwah dan amalan sholeh lainnya serta jauh dari perbuatan maksiat.

Dengan begitu, keimanan dan ketakwaannya kepada Allah semakin meningkat. Ketakwaan itulah yang merupakan buah manis dari puasa dibulan ramadhan. Jika takwa bisa ia raih, itu berarti ia telah mampu melaksanakan  puasa yang benar, jika tidak bisa berhasil melaksanakan ramadhan dengan benar, maka puasanya selama bulan ramadhan hanyalah sekadar hanya menahan lapar dan haus. “ (HR. Ahmad dan ad Darimi)

Buah manis ramadhan berupa takwa, ini harus dipelihara walau usai ramadhan. Karena takwa tidak hanya pada saat ramadhan, namun di luar ramadhanpun kita harus bertakwa. “Bertakwalah engkau kepada Allah dimanapun, kapanpun, dalam keadaan bagaimanapun…” (HR. At-Tirmidzi)


Bertakwa dengan melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Berupaya untuk takut, tunduk dan taat kepada Allah SWT.

Oleh karena itu, yuk pelihara takwa yang ada dalam diri kita dengan meningkatkan ketakwaan kita kapanpun dan dimanapun itu, berupaya untuk mendekatkan diri kita kepada Allah, ibadah ditingkatkan, membaca alquran, membaca dan memahaminya, berkata baik dan jujur, bersabar dalam kondisi apapun, banyak berdoa dan bersedekah, menutup menjalin silaturahmi dan memperbanyak amal sholeh lainnya serta menjauhi kemaksiatan. Semoga kita mampu memelihara ketakwaan kita agar terus meningkat. Aamiin.

Jumat, 15 Juni 2018

Idul Fitri, Kembali Kepada Ketaatan Sejati





Oleh: Minah, S.Pd.I

Setelah usai puasa ramadhan, rasa sedih menghampiri diri. Kita tidak akan pernah tahu apakah bulan ramadhan selanjutnya bisa kita rasakan atau tidak. Bulan ramadhan begitu indah bagi umat Muslim. Bulan yang mempunyai banyak kemuliaan dan keistimewaan. Sangat rugi, jika ramadhan kemarin tidak mendapat apa-apa.

Di sisi lain, jika puasa ramadhan usai, kita pun akan bertemu dengan hari raya idul fitri yang merupakan hari raya Umat Muslim, hari yang penuh kegembiraan. Wajar bagi kita untuk merasa gembira pada saat hari raya idul fitri. Kebahagiaan ini bukan karena pesta atau hiburan atau jauh dari kewajiban ramadhan. Akan tetapi, kegembiraan kita karena telah berhasil menunaikan kewajiban puasa dibulan ramadhan dan menghidupkannya dengan berbagai macam ibadah dan amal sholeh.

//Kebahagiaan di Hari Raya//

Pertama, Harapan akan bertemu dengan Allah swt, penuh rasa senang dan bahagia. Puasa ramadhan yang dijalani dengan baik akan menghantarkan kebahagiaan. Bahagia tidak hanya pada saat hari raya idul fitri namun kelak tembus akhirat (kebahagiaan hakiki  kelak di akhirat). Sabda Rasulullah:

“Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan yang membahagiakannya. Ketika berbuka (termasuk berbuka pada saat idulfitri) ia bahagia dan ketika ia bertemu dengan Rabbnya ia pun bahagia karena puasanya itu.” (HR. Bukhari)

Kedua, kebahagiaan akan ampunan dari Allah yang diberikan kepada hambaNya. Puasa, tadabbur alquran, qiyamul lail, sedekah, dan amal sholeh lainnya yang telah kita lakukan dengan penuh kesungguhan dan keimanan. Serta memelihara diri dari kemaksiatan.

“Siapa saja yang mendirikan ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap (balasan Allah swt) niscaya diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR.Bukhari)

“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla telah mewajibkan puasa ramadhan dan aku telah mensunnahkan sholat malamnya (terawih). Karena itu, siapa saja yang puasa ramadhan dan melaksanakan qiyam ramadhan dengan mengharap (ridho Allah swt)  niscaya ia akan keluar dari dosa-dosanya laksana hari ia dilahirkan ibunya.” (HR. Ahmad).

Idulfitri dipandang sebagai kelahiran kembali orang-orang yang mendapatkan ampunan dari Allah swt dan menjadi orang yang bertakwa.

Orang yang mendapatkan gelar takwa saat usai ramadhan, akan menjadikan idul fitrinya bermakna. Seperti:

 * Lebih taat kepada Allah setelah selesai ramadhan, memelihara amalan-amalan rutin ramadhan (ibadah ditingkatkan seperti sholat, puasa, doa, zikir, membaca alquran, qiyamul lail dll serta menjauhi maksiat),

* Lebih meningkatkan silaturahmi dan ukhuwah Islamiyah

* Lebih meningkatkan upaya untuk mengkaji Islam, agar mengetahui semua hukum-hukum dari Allah. yang mana harus dikerjakan dan yang mana harus ditinggalkan.

* Lebih giat berdakwah.

* Terus bertaubat dengan taubat yang sebenar-benarnya (taubatan nasuha). Walaupun Allah mengampuni dosa-dosa saat dibulan ramadhan, kaum Muslim jangan sampai terlena dengan hal itu, kita pun harus terus memohon ampun kepada Allah, bukti bagi orang-orang yang bertakwa.

Oleh karena itu, berbahagialah ketika hari raya idul fitri (lebaran) dan berusaha mendapatkan makna dari lebaran yakni bagi kita yang berhasil meraih puasa ramadhan dengan ketakwaan. Tanpa takwa, lebaran kita akan hampa. Karena idul fitri bukan diperuntukkan bagi orang yang berpakaian serba baru, tetapi dipersembahkan bagi orang yang ketaatannya bertambah. Dengan idul fitri yang akan membawa setiap Muslim kembali pada ketaatan sejati.


Oleh: Minah

Assalamu'alaikum wr wb

Kami Sekeluarga Mengucapkan:

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1439 H

تقبل الله منا و منكم
صيامنا و صيامكم و غفر لنا و لكم وجعلنا و إياكم
من العائدين و الفائزين

Mohon Maaf Lahir Batin

كل عام و أنتم بخير

Salam Ta'zhim
*Minah dan Keluarga*

Meraih Kemenangan Ramadhan





Oleh: Minah, S.Pd.I
(Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban)

Sedih karena ramadhan telah meninggalkan kita, karena betapa mulianya bulan ramadhan. Dimana pahala dilipatgandakan. Dosa-dosa diampuni. Sabda Rasulullah SAW sebagaimana dituturkan Ibn Mas'ud: “Sekiranya para hamba (kaum Muslim) mengetahui kebajikan-kebajikan yang dikandung bulan Ramadhan, niscaya umatku mengharapkan Ramadhan terus ada sepanjang tahun.” (HR. Abu Ya'la, ath-Thabrani, dan ad-Dailami).

Saudariku, bagaimana rasanya setelah ramadhan berlalu? Apakah biasa saja ataukah ada peningkatan untuk menjadi lebih baik lagi? Adakah merasa ketakwaan semakin bertambah? Ibadah-ibadah sunnahnya tetap dijalankan seperti dibulan ramadhan kemarin? Seperti sholat malam, baca alquran yang rutin? Semoga ketakwaan kita semakin meningkat. Aamiin.

Untuk meraih kemuliaan ramadhan kemarin, yuk kita manfaakan dengan sebaik mungkin, jangan sia-siakan usaha kita. pada saat berpuasa kita senantiasa untuk menahan lapar, haus, mengendalikan hawa nafsu, terus bersabar nggak pakai emosi, baca alquran setiap selesai sholat fardhu atau pada waktu senggang, ibadah-ibadah ditingkatkan, amal sholeh diperbanyak Serta sering bersedekah. Insyaallah dengan ini semua yang akan menjadi penolong kita kelak diakhirat nanti.

Berusaha untuk menjaga lisan agar tidak gosip (membicarakan keburukan orang lain), tetap semangat untuk ikut mengkaji Islam agar meningkatkan pemahamannya tentang Islam. Dan yang terpenting adalah agar setiap perbuatan yang kita lakukan sesuai dengan aturan Islam. Selalu menjaga keimanan kita agar terus bertambah, semua amalan wajib dilaksanakan serta tingkatkan amalan-amalan sunnah seperti sholat sunnah, puasa sunnah, membaca alquran serta amalan-amalan sunnah yang lain.

Yuk kita meraih kemenangan Ramadhan. Isi lembaran baru dalam keseharian kita dengan identitas baru sebagai orang yang bertakwa. Kita bisa memulainya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal. Seperti diriwayatkan oleh jamaah ahli hadis, kecuali Bukhari dan Nasa'I, dari Abu Aiyub al-Anshari bahwa Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan diiringinya dengan enam hari bulan Syawal, maka seolah-olah ia telah berpuasa sepanjang masa.”

Kita tidak bisa menahan agar Ramadhan selalu bersama kita. Tapi semangat Ramadhan seharusnya terus ada dalam diri kita. Jadikanlah ramadhan sebagai momentum kita untuk semakin bertakwa kepada Allah, menjalankan seluruh aturan Allah. Tunduk, taat dan patuh kepadaNya. Semangat untuk mengkaji Islam. Semangat untuk menyuarakan Islam. Dan semangat untuk menjadi pembela Islam. Allahuakbar!

Kamis, 14 Juni 2018

Takwa Buah Manis Ramadhan



Oleh: Minah, S.Pd.I

Ramadhan dengan segenap kemuliaannya sudah berada dipenghujung. Bagi kita yang memahami indahnya bulan Ramadhan, tentu akan merasa sangat bersedih, betapa hari-hari puasa seakan cepat sekali berlalu. Rasanya baru kemarin kita memulai, tak terasa, sekarang sudah berada dipenghujung bulan ramadhan. Tentu sebentar lagi pula, Ramadhan dengan segenap keindahan, keberkahan, dan kemuliaannya akan meninggalkan kita. Bila umur kita panjang, tahun depan atau 11 bulan lagi kita baru akan bertemu lagi dengan bulan Ramadhan.

Setiap Muslim pasti mengetahui bahwa takwa adalah buah manis yang harus diraih dari proses puasa yang dilakukan sebulan penuh selama Ramadhan. Namun, mengapa puasa Ramadhan seolah tidak memberikan pengaruh apa-apa kepada mereka? Mengapa usai Ramadhan mereka tidak terlahir menjadi pribadi yang baru, yakni pribadi yang benar-benar bertakwa sebagai buah dari puasa Ramadhan?

Tentu, dari Ramadhan ke Ramadhan berikutnya, setiap Muslim merindukan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya; kehidupan yang dinamis di bawah sebuah sistem yang sahih, yang bisa menenteramkan jiwa, memuaskan akal dan sesuai dengan fitrah manusia; kehidupan yang dipimpin oleh orang-orang salih, berpandangan jauh ke depan dan visi keumatannya lebih menonjol daripada visi dan kepentingan nafsu pribadinya. Semua itu landasannya adalah takwa. Takwalah yang menjadikan manusia meraih derajat paling mulia di sisi Allah SWT.

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian adalah orang yang paling bertakwa (QS al-Hujurat [49]: 13).

Takwa pula yang menjadi buah manis dari ibadah puasa selama Ramadhan. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa itu diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS al-Baqarah [2]: 183).

Jika umat ini mengerjakan ibadah puasa dengan benar (sesuai dengan tuntunan Alquran dan as-Sunnah) dan ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah SWT, belajar memahami ibadah yang dilakukan untuk menjadikan dan membentuk jiwa seorang Muslim, tunduk pada segala aturan (syariah) dan tuntunan yang dibawa Rasulullah saw. Pasti  hikmah takwa itu akan dapat terwujud.

Jika kita sukses menjalankan ramadhan maka akan berbuah takwa. Takwa dengan  melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya. Sehingga, jika ramadhan telah usai , kita semakin beriman dan bertaqwa. Menjadikan  syariah Islam untuk mengatur kehidupan manusia. Senantiasa tunduk dan taat kepada Allah.

Oleh karena itu, Jadikanlah ramadhan sebagai momentum kita untuk membawa perubahan kearah yang lebih baik, semakin bertakwa kepada Allah, menjalankan seluruh aturan Allah. Tunduk, taat dan patuh kepadaNya. Semangat untuk mengkaji Islam. Semangat untuk menyuarakan Islam. Dan semangat untuk menjadi pembela Islam. Allahuakbar!

Selasa, 12 Juni 2018

Ramadhan Kudu BaPer



Oleh: Minah, S.Pd.I
(Muslimah Peduli Generasi)


Ramadhan baper saat akhir-akhir ramadhan, bagaimana tidak? Sebentar lagi ramadhan akan meninggalkan kita, ramadhan yang meliputi berbagai keberkahan dan kemuliaan itu akan pergi. Hmm… sedih. Jadi baper deh…


Yang kita inginkan dengan ramadhan ini adalah BaPer ( Bawa Perubahan). Saat awal-awal ramadhan, banyak dari kita semakin meningkat ibadahnya. Baca alqurannya rajin, sedekah dan amal sholeh semakin ditingkatkan karena menghadapi ramadhan yang mulia. Menutup aurat, dan memperbanyak amal sholeh lainnya. Yang kita inginkan BaPer ini berlanjut walau usai ramadhan. Bawa perubahan kearah yang lebih baik.


Layak kiranya kita memaksimalkan bulan Ramadhan tahun ini sebagai medium yang efektif untuk melahirkan perubahan-perubahan penting dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat maupun bernegara.


Sadar atau tidak, dari tahun ke tahun ketika kita berkesempatan untuk bertemu dengan Ramadhan. Lalu kita menghiasinya dengan antusias dari berbagai bentuk macam ibadah wajib maupun sunnah. Kita pun meninggalkan semua perkara yang membatalkan puasa, kita tinggalkan segala perkara yang haram hingga yang makruh, bahkan perkara mubah yang tidak ada nilai taqarrub-nya kepada Allah SWT. Singkatnya, Ramadhan kita isi sepenuhnya dengan  amal shalih.


Kita nggak bisa menahan agar Ramadhan selalu bersama kita. Tapi semangat Ramadhan seharusnya terus ada dalam diri kita. Jadikanlah ramadhan sebagai momentum kita untuk bawa perubahan, semakin bertakwa kepada Allah, menjalankan seluruh aturan Allah. Tunduk, taat dan patuh kepadaNya. Semangat untuk mengkaji Islam. Semangat untuk menyuarakan Islam. Dan semangat untuk menjadi pembela Islam. Allahuakbar!

Tips Sukses Ramadhan



Oleh: Minah, S.Pd.I

Ramadhan dengan segala kemegahannya akan segera pergi. Orang yang mengerti keindahan bulan Ramadhan akan merasa sangat sedih, bagaimana hari-hari puasa secepat itu. Rasanya baru kemarin kita mulai, tidak terasa, sekarang sudah berjalan di detik-detik terakhir. Pastinya, Ramadhan dengan segala keindahan, berkah, dan kemegahannya akan meninggalkan kita. Ketika kita panjang, tahun depan atau 11 bulan kita hanya akan bertemu lagi dengan bulan Ramadhan. 

Oleh karena itu, seorang Muslim harus menyadari bahwa ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini di bulan suci ini. Ini adalah kunci sukses di bulan Ramadhan, yaitu memahami nilai dan prioritas bulan ini. Karena itu, kita harus berhasil meningkatkan ramadhan.

Ramadhan adalah kesempatan emas untuk menerima pengampunan dan banyak amal. Karena ini adalah ketentuan untuk kehadiran Tuhan pada Hari Kebangkitan. Kesadaran ini harus tumbuh dengan kuat di dalam diri kita, sebagai satu-satunya motivasi kita untuk beramal. 

"Ini kehilangan seseorang yang ketika saya (nama) memanggilnya, dia tidak berdoa untuk saya. Ini adalah pecundang yang bertemu Ramadhan, lalu Ramadan berlalu darinya sebelum dosa-dosanya diampuni. Sungguh rugi seseorang yang menemukan kedua orangtuanya dalam kondisi renta, tetapi keduanya tidak (menjadi alasan yang) memasukkan dia kedalam surga. "(HR. At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan al Hakim).

Tentu saja kita tidak ingin kita membuang-buang uang kita dan kehilangan uang, dengan kesempatan terbatas ini, maka setiap Muslim harus meningkatkan perbuatan mereka. Bisa berupa tadarrus alquran, memperbanyak sholat sunnah, membayar zakat, meningkatkan sedekah, qiyamul lail, memperbanyak doa dan zikir, amar ma'ruf nahi mungkar dan amal-amal sholeh lainnya yang mampu meningkatkkan ketakwaan kita dan mendekatkan diri kepada Allah.

Namun, amal yang paling penting adalah apa yang Tuhan harus buat. "Pelayan saya tidak mengintimidasi saya dengan sesuatu yang lebih penting daripada yang saya lakukan padanya. Pelayan saya terus menyembah-Ku dengan amal nawafil sampai aku mencintainya. "(HR. Bukhari, Ibn Hibban dan Baihaqi).

Dengan demikian, tindakan fardhu harus diprioritaskan sebelum amal sunnah. Selain itu, jika kita berhasil Ramadhan maka akan mencapai gelar kesalehan. Kesalehan ada di sini untuk melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhkan diri dari larangan-larangan-Nya. Jadi, jika Ramadhan telah berakhir, kita menjadi semakin banyak orang percaya dan taqwa. Jadikan syariat Islam untuk mengatur kehidupan manusia. Selalu tunduk pada Tuhan.

Senin, 11 Juni 2018

Renungan Ramadhan



Oleh: Minah, S.Pd.I
(Lingkar Studi Muslimah dan Peradaban)

Berjumpa dengan ramadhan merupakan nikmat yang  begitu besar. Sudah seharusnya umat Muslim merasakan kenikmatan itu. Betapa banyak orang yang terhalang dari nikmatnya bulan ramadhan, baik karena ajal yang menghampiri dirinya, sakit yang melanda maupun dikarenakan mereka enggan bahkan yang tak peduli dengan bulan yang mulia ini.

Menyedihkan jika banyak yang tidak paham akan kemuliaan ramadhan, keistimewaan yang ada didalamnya. Tidak menjadikan bulan suci ramadhan sebagai lahan untuk memanen pahala dari Allah dengan memperbanyak ibadah, sedekah maupun membaca alquran. Namun mereka hanya sibuk dengan urusan masing-masing, hanya sebatas mencari uang namun ibadah tak dilaksanakan, puasa ditinggalkan. Sibuk membicarakan keburukan orang lain dll. Miris!

Padahal bulan ramadhan merupakan kesempatan emas bagi kita untuk semakin meningkatkan ibadah kita, kesempatan untuk bermesraan dengan alquran, membiasakan diri untuk mentadabburi alquran, membaca dan memahaminya.  Ramadhan menjadi kesempatan kita untuk intropeksi diri, memperbanyak sedekah, doa dan zikir.

Karena ramadhan itu begitu banyak keutamaan, kemuliaan dan keberkahannya. Pada bulan ini napasmu menjadi tasbih, tidurmu menjadi ibadah, amal-amalmu diterima, dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah, Rabb-mu dengan hati yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shaum dan membaca kitab-Nya. Sungguh celakalah orang yang tidak mendapatkan ampunan Allah pada bulan yang agung ini. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika ramadhan berlalu begitu saja.

Kita lihat sekarang, banyak hal menyedihkan di bulan mulia ini.  Bulan ramadhan ini, kita melihat saudara kita yang diluar sana, berupaya memperjuangkan tanah kaum Muslim, dengan berlinang air mata dan darah, dihujani dengan bom dan peluru-peluru yang menembus dada, kaum Muslim dibunuh oleh kaum kafir dan terlaknat. Namun, kaum Muslim disana tetap berupaya untuk mempertahankan tanah Kaum Muslim dan berjuang walaupun kematian menghampiri mereka. Karena mereka yakin hanya Allah sebaik-baik penolong. Pilihan mereka hanya 2 yakni hidup mulia atau Syahid.

Coba kita renungkan, bagaimana puasa mereka? disaat berpuasa, mereka diserang oleh kaum kafir, akan tetapi mereka tetap menjalani ramadhan. Luarbiasa perjuangan mereka. Bagaimana dengan kita? Apa yang sudah kita lakukan disaat keadaan aman ini? masih saja ada yang terlena dengan kenikmatan dunia, berfoya-foya, ibadah masih setengah-setengah bahkan ada yang begitu jauh dari kenikmatana ramadhan. Astaghfirullah.

Saat mendengar berita yang kurang sedab didengar pada bulan ramadhan ini, beberapa intelektual dikeluarkan dari kampus, dicopot statusnya sebagai dosen hanya gara-gara mendukung dakwah Islam dengan menyerukan Negara Khilafah, yang sejatinya khilafah adalah ajaran Islam. Beberapa ulama dan ustadz yang dipersekusi dll. Ya Allah. kenapa dakwah yang sejatinya merupakan kewajiban umat Islam malah dihalang-halang? Tidak takutkah akan azab Allah? sungguh semua itu akan dipertanggungjawabkan kelak.

Oleh karena itu, yuk kita renungkan! Jangan sampai kita menodai ramadhan kita hanya karena kepentingan yang sesaat, takutlah kepada Allah. teruslah menghidupkan ramadhan kita dengan kebaikan-kebaikan, ibadah semakin ditingkatkan, perbanyak doa dan zikir, mengkaji Islam dan mendakwahkannya serta perbanyaklah amal sholeh. Berdoalah untuk kaum Muslim dimanapun berada semoga dalam kebaikan dan lindungan Allah. Semoga ramadhan tahun ini bisa lebih baik, dan semoga ramadhan selanjutnya bisa kita rasakan dalam bingkai khilafah. Aamiin.

Minggu, 10 Juni 2018

Detik-detik Ramadhan Akan Meninggalkan Kita, Apa Yang Harus kita Lakukan?





Oleh: Minah, S.Pd.I

Bulan ramadhan adalah bulan yang penuh kemuliaan dan keberkahan. Pada bulan ini napasmu menjadi tasbih, tidurmu menjadi ibadah, amal-amalmu diterima, dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah, Rabb-mu dengan hati yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shaum dan membaca kitab-Nya. Sungguh celakalah orang yang tidak mendapatkan ampunan Allah pada bulan yang agung ini.

Inilah indahnya bulan ramadhan yang begitu banyak keistimewaan didalamnya. Wajar jika kita bergembira saat datang bulan ramadhan dan bersedih saat ditinggalkan bulan ramadhan.

Rasa sedih akan ditinggalkan bulan ramadhan, kita tidak akan pernah tahu, apakah kita akan diberikan kesempatan di tahun depan untuk merasakan indahnya bulan ramadhan. Karenanya detik-detik ramadhan ini akan meninggalkan kita,  maka jangan sampai kita menyia-nyiakan.

Namun begitu sayang, saat berada pada puncak ramadhan yaitu puasa di sepuluh hari terakhir pada bulan ramadhan, masih ada yang terlena dan lebih menyibukkan dengan membuat kue atau belanja persiapan lebaran, dan yang terawih sangat sedikit yang sholat di masjid-mesjid.

Padahal sejatinya, di detik-detik ramadhan ini, kita kudu memperbanyak ibadah dan amal sholeh, sholat sunnah dperbanyak, serta memperbanyak berdoa. Kita juga bisa berburu lailatul qadar di malam-malam sepuluh terakhir ramadhan.

Lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan semua bentuk ibadah pada hari-hari Ramadhan, menjauhkan diri dari semua hal yang dapat mengurangi keseriusan beribadah pada hari-hari itu. Dalam ibadah ini juga sebaiknya dengan mengikutsertakan keluarga. Hal itulah yang dahulu dicontohkan Rasulullah SAW.

Melakukan i'tikaf dengan berupaya sekuat tenaga. Itulah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Melakukan qiyamullail. Memperbanyak do'a memohon ampunan dan keselamatan kepada Allah dengan lafal: "Allahumma innaka 'afuwun tuhibbul afwa fa'fu 'anni, (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan yang suka memberi ampunan, maka ampunilah aku.) (HR Ahmad, Ibnu Majah dan Tirmidzi).

Oleh karena itu, yuk hidupkan malam-malam ramadhan kita, jangan sia-siakan ramadhan ini, tingkatkan terus keimanannya dengan tunduk dan taat kepada Allah SWT. Tingkatkan ibadahnnya. Semoga ramadhan ini, membuat kita semakin dekat kepada Allah serta keimanan semakin meningkat. Aamiin.

Sabtu, 09 Juni 2018

Puncak Ibadah Selama Bulan Ramadhan





Oleh: Minah, S.Pd.I

Ramadhan sebentar lagi akan meninggalkan kita. Sedih, itu yang dirasakan. Karenanya, jangan sia-siakan ramadhan ini. Ramadhan yang begitu istimewa dari pada bulan-bulan yang lain. Ibadah ditingkatkan, doa diperbanyak, membaca Alquran dan meningkatkan amal sholeh.  Sebab, ramadhan 10 terakhir ini adalah puncak ibadah selama ramadhan.

Pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah SAW meningkatkan ibadahnya dengan melakukan itikaf di masjid. Hingga sekarang banyak umat Islam yang melakukan itikaf di masjid sambil berharap mendapatkan manfaat lailatul qadar di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Jadi, di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan setiap waktu penuh dengan aktivitas ibadah.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah juga mengencangkan ikat pinggang saat itikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Mengencangkan ikat pinggang artinya Rasulullah tidak mencampuri istri-istrinya. Rasulullah meningkatkan ibadahnya serta fokus pada ibadahnya.

sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan merupakan puncak ibadah selama Ramadhan. Itu sebabnya di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah meningkatkan ibadahnya. Artinya di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sudah mendekati finish atau akhir Ramadhan.

Oleh karena itu, umat Islam harus sungguh-sungguh melaksanakan ibadah untuk mencapai garis finish dengan sebaik-baiknya. Rasulullah juga mengisyaratkan di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan ibadahnya semakin semangat. Kitapun harus semangat untuk bersungguh-sungguh beribadah kepada Allah. Segala amal sholeh dilaksanakan, sholat sunnah diperbanyak, membaca alquran, sedekah,  dan perbanyak doa pada bulan ramadhan ini.

Berdoalah diakhir-akhir ramadhan ini, agar bisa merasakan bulan ramadhan selanjutnya, berdoa akan kemenangan Islam, agar umat islam bisa bersatu dalam menerapkan Syariah Allah. Aamiin. Oleh sebab itu, yuk getolin ibadahnya dibulan mulia ini.

#RamadhanBersamaRevowriter
#InspirasiRamadhan
#JemariMenariMinah

Jumat, 08 Juni 2018

Kehidupan Di Dunia Sebagai Ladang Amal Sholeh



Oleh: Minah, S.Pd.I

Kehidupan di dunia hanya sementara, tak jarang dari kita terlena akan kenikmatan dunia yang fana, melakukan apapun, berleha-leha, foya-foya, lisan yang tak terjaga, pergaulan bebas, mengumbar aurat, korupsi, dll. Semua itu mereka lakukan demi kesenangan semata, tanpa memikirkan tanggungjawabnya diakhirat kelak. Padahal kehidupan di dunia itu hanya sementara, yang kekal adalah kehidupan akhirat, dan semua perbuatan kita di dunia akan dipertanggungjawabkan.

Masihkah kita ingin bersenang-senang saja tanpa memikirkan akhirat kita? sejatinya kehidupan di dunia ini adalah ladang kita untuk beribadah kepada Allah dan beramal sholeh. Agar perbuatan yang kita lakukan di dunia, di ridhoi oleh Allah swt. walaupun menjani kehidupan itu tidak mudah, beribadah kepada Allah tidak mudah karena banyak godaan-godaan yang menghampiri. Tapi, bagi kita yang beriman insyallah bisa menghadapi itu semua.

Hidup adalah proses kita untuk belajar, belajar bersyukur, belajar bersabar dan belajar untuk menjadi yang terbaik. Terkadang manusia belum bisa memilih jalan yang baik dalam hidupnya. Mereka hanya memilih jalan yang mulus untuk mencapai kebahagiaan. Mereka menganggap hidup ini harus instan, manusia banyak yang hanya menginginkan jalan yang “mulus” tanpa resiko dan “alergi” untuk melewati jalan hidup yang penuh duri, walaupun Ia sadar bahwa jalan yang berduri itu yang akan membawanya pada kebahagiaan.

Hidup itu seharusnya mampu bermakna bagi kita, tidak sekadar hidup, tapi harus menjadikan hidup itu bermakna. Caranya, kita harus tahu dulu, apa sih tujuan hidup kita didunia ini? kita hidup di dunia hanyalah untuk beribadah kepada Allah. sebagaimana firman Allah yang artinya:

 “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu” (QS. Adz-Dzariyat:56).

Oleh karena itu, mari kita  menjadikan kehidupan kita di dunia sebagai ladang amal sholeh. Menjalankan semua aturan Allah serta menjauhi segala larangannya. Berusaha untuk tunduk dan taat kepada Allah. Agar di akhirat kelak kita bisa memanen hasil amal sholeh kita ketika di dunia sehingga jika Allah ridho dengan amal yang kita lakukan, maka pahala berupa surga yang akan kita dapatkan. Alhamdulillah.  Semoga melalui ramadhan ini, keimanan kita semakin bertambah, sehingga kita mampu untuk selalu dekat kepada Allah dan menjalankan semua aturanNya. Aamiin.

Kamis, 07 Juni 2018

Jujur Tidak Hanya Di Bulan Ramadhan





Oleh: Minah, S.Pd.I

Berkata jujur adalah salah satu akhlak yang baik. yang seharusnya kita miliki, karena suatu kewajiban bagi kita agar mudah dipercaya.

Tak jarang melihat orang yang berpuasa dibulan ramadhan, ketika ia berkata, “aku jujur kog, kan lagi puasa”. Padahal sejatinya berkata jujur itu tidak hanya pada bulan ramadhan saja. Akan tetapi, berkata jujur itu kapanpun dan dimanapun kita berada. Di luar ramadhan pun kita harus berkata baik dan jujur.

Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Kalian harus jujur karena sesungguhnya jujur itu menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan itu menunjukkan kepada surga. Seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk jujur sehingga ditulis disisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan  jauhilah oleh kalian dusta karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada keburukan dan keburukan itu menunjukkan kepada neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan berusaha untuk berdusta sehingga ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. Muslim).

Oleh karena itu, kejujuran itu sangatlah penting. Kita sebagai seorang hamba hendaklah selalu jujur. Karena kejujuran adalah sifat yang mulia dan bagian dari akhlak karimah/terpuji yang wajib dimiliki oleh orang beriman. Dan sebaliknya dusta adalah sifat tercela dan bagian dari sifat munafik yang harus dijauhi. Barangsiapa yang berusaha`untuk jujur dalam perkataan maka akan menjadi karakternya dan barangsiapa sengaja berdusta maka dusta menjadi karakternya.

“Tinggalkanlah perkara yang meragukanmu menuju perkara yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran adalah ketentraman, dan dusta adalah keraguan.” (HR. Tirmidzi).

“Jujurlah kalian, karena kejujuran akan bersama dengan kebaikan dan keduanya akan ada di surga.” (HR. Ibnu Hibban).

So,  berkata jujurlah! katakanlah kebenaran walau terkadang jujur itu pahit. Namun, tetaplah untuk jujur dalam perkataan agar setiap ucapan kita terpercaya. Berkata baik dan Jujur tidak hanya di bulan ramadhan yang mulia ini. Tapi, kapanpun kita harus jujur. Berkata jujur itu hanya karena Allah. Ingin senantiasa mendapatkan ridhoNya. Berupaya untuk tunduk dan taat kepada Allah.

#RamadhanBersamaRevowriter
#InspirasiRamadhan
#JemariMenariMinah

Rabu, 06 Juni 2018

Berburu Lailatul Qadar



Oleh: Minah, S.Pd.I

Ramadhan sebentar lagi akan meninggalkan kita, rasa sedih akan ditinggalkan tamu yang begitu mulia. Bulan yang begitu banyak keistimewaannya, keberkahan, rahmat dan ampunan. Apakah kita sudah memaksimalkan diri untuk menghidupkan ramadhan kita? kita pasti tak ingin ramadhan kita berlalu begitu saja. Malam 10 terakhir ini, yuk kita pergunakan sebaik mungkin untuk berburu malam yang begitu mulia yakni Lailatul Qadar.

Lailatul qadar merupakan malam yang mulia penuh berkah dan keutamaan. Sebagaimana firman Allah swt:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”. (Al Qadr 1-5).

// Keistimewaan Lailatul Qadar //

1. Diturunkannya Alquran

“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)" (QS. Al Baqarah 185).

2. Pada malam itulah turun banyak sekali malaikat yang disertai Jibril a.s. untuk memberikan ucapan keselamatan (tahiyyat) kepada orang-orang yang berpuasa (shaimin) yang ikhlas (mukhlisin) dan untuk menyaksikan amal ibadah mereka, serta untuk menebarkan salam dan rahmat di antara penduduk bumi.

Ada yang menyatakan bahwa bilangan malaikat yang turun ke bumi pada malam itu lebih banyak dari pasir. Allah menerima taubat segala orang yang bertaubat pada malam itu. Pada malam itu dibuka segala pintu langit sejak terbenamnya matahari sampai kembali terbit. Lalu para malaikat itu menancapkan panji-panji di empat tempat, pertama di sisi Ka'bah; kedua di sisi kubur Rasulullah; ketiga di sisi Masjid Al Aqsha di Baitul Maqdis; dan keempat di sisi Masjid Tursina. Kemudian mereka bertebaran ke seluruh pelosok bumi, memasuki rumah-rumah orang mukmin sambil bertasbih, bertahlil, bertaqdis, dan memohon ampunan buat umat Muhammad saw. (lihat Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Puasa, 242-243.

Di dalam kitab Syu'abul Iman diriwayatkan suatu hadits oleh Imam Baihaqi dari Anas r.a. yang berkata: "Rasulullah saw. bersabda: Bila datang lailatul qadar, turunlah Jibril bersama rombongan angkatan malaikat yang jumlahnya besar sekali. Mereka bershalawat kepada segala hamba yang berdiri maupun yang sedang duduk menyebut nama Allah. Apabila telah datang hari raya, Allah SWT membanggakan diri kepada para Malaikat dengan hamba-Nya itu. Allah berfirman: 'Hai malaikat-Ku! Apakah balasan buat seorang pekerja yang telah menyempurnakan pekerjaannya? Para malaikat menjawab: Ya Rabbana, balasannya adalah disempurnakan upahnya. Allah berfirman: Wahai malaikat-Ku, para hamba-Ku, baik lelaki maupun perempuan telah menyelesaikan fardlu yang telah Kuwajibkan atas mereka. Kemudian mereka keluar ke tanah lapang untuk berdoa. Demi kebesaran-Ku, keagungan-Ku, kemulian-Ku, ketinggian-Ku, dan ketinggian tempat-Ku, Aku akan memperkenankan doa mereka. Kemudian Allah berfirman kepada para hamba-Nya: 'Kembalilah kalian, sungguh Aku telah gantikan keburukanmu dengan kebaikan".

// Kapan Lailatul Qadar //

Waktu lailatul Qadar adalah pada sepuluh malam yang terakhir dari bulan ramadhan. Hal ini didasarkan pada hadits Rasulullah SAW. Beliau bersabda:

“Lailatul qadar itu berada pada sepuluh malam yang terakhir dari bulan ramadhan.” (HR. Ahmad, Bukhari dan Abu Dawud).

Jadi, waktu malam lailatul qadar pada malam-malam ganjil disepuluh ramadhan terakhir yakni malam dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima dua puluh tujuh dan  dua puluh sembilan. Tak jarang dari kita banyak yang berburu lailatul qadar pada malam-malam itu.

//Tanda-tanda Lailatul Qadar//

Seperti diriwayatkan oleh Imam Muslim, Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: " Pada saat terjadinya Lailatul Qadar itu, malam terasa jernih, terang, tenang, cuaca sejuk tidak terasa panas tidak juga dingin. Dan pada pagi harinya matahari terbit dengan jernih terang benderang tanpa tertutup sesuatu awan".

 Abi Ibnu Ka'ab telah meriwayatkan bahwa Rasulullah S.A.W telah bersabda mengenai lailatul qadar yang artinya : Sesungguhnya matahari yang keluar pada hari itu tidak begitu bercahaya (suram). - Hadis riwayat imam Muslim dalam kitab puasa.

Telah diriwayatkan daripada Nabi S.A.W bahwa baginda telah bersabda yang artinya : Sesungguhnya tanda-tanda lailatul qadar, bahwa malamnya bersih suci seolah-olah padanya bulan yang bersinar, tenang sunyi, tidak sejuk padanya dan tidak panas, tiada ruang bagi bintang untuk timbul sehingga subuh, dan sesungguhnya tanda-tandanya matahari pada paginya terbit sama tiada baginya cahaya seperti bulan malam purnama tidak membenarkan untuk syaitan keluar bersamanya pada hari itu. - Hadis riwayat imam Ahmad dengan isnad jayyid daripada Ibadah bin As-Somit.

Dalam Mu'jam At-Tobarani Al-Kabir daripada Waailah bin Al-Asqa' daripada Rasulullah S.A.W telah bersabda yang artinya : Malam lailatul qadar bersih, tidak sejuk, tidak panas, tidak berawan padanya, tidak hujan, tidak ada angin, tidak bersinar bintang dan daripada alamat siangnya terbit matahari dan tiada cahaya padanya(suram).

Telah meriwayat Al-Barraz dalam musnadnya daripada Ibn Abbas bahwa Rasulullah S.A.W telah bersabda yang artinya : Malam lailatul Qadar bersih tidak panas dan tidak pula sejuk.


//Yang harus dilakukan untuk menggapai malam Lailatul Qadar//

1. Lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan semua bentuk ibadah pada hari-hari Ramadhan, menjauhkan diri dari semua hal yang dapat mengurangi keseriusan beribadah pada hari-hari itu. Dalam peribadatan ini juga sebaiknya dengan mengikutsertakan keluarga. Hal itulah yang dahulu dicontohkan Rasulullah SAW.

2. Melakukan i'tikaf dengan berupaya sekuat tenaga. Itulah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

3. Melakukan qiyamullail berjama'ah, sampai dengan rakaat terakhir yang dilakukan imam, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dzar ra.

4. Memperbanyak do'a memohon ampunan dan keselamatan kepada Allah dengan lafal: "Allahumma innaka 'afuwun tuhibbul afwa fa'fu 'anni". Hal inilah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada Aisyah ra ketika beliau bertanya: "Wahai Rasulullah, bila aku ketahui kedatangan lailat al qodr, apa yang mesti aku ucapkan?Beliau menjawab, bacalah doa: “ Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan yang suka memberi ampunan, maka ampunilah aku.” (HR Ahmad, Ibnu Majah dan Tirmidzi).

“Barangsiapa bangun pada malam lailatul qadar karena dorongan iman dan mengharapkan pahala, maka diberikan ampunan baginya atas dosanya yang telah lalu.” (Mutafaqun’alaih)


Alhamdulillah, semoga kita mampu untuk berburu lailatul qadar, dengan sungguh-sungguh beribadah kepada Allah serta menjauhi maksiat, i’tikaf, sholat malam, serta perbanyaklah doa dan mohon ampun kepada Allah. Semoga kita bisa menghidupkan malam lailatul qadar dan mendapatkan malam lailatul qadar, malam yang begitu mulia, lebih baik dari seribu bulan. Insyaallah.

Nb: ada tambahan dari beberapa sumber

Selasa, 05 Juni 2018

Ramadhan Bulan Penuh Ampunan



Oleh: Minah, S.Pd.I

Ramadhan tak terasa sudah memasuki 10 terakhir, itu tandanya ramadhan sebentar lagi meninggalkan kita, namun selama menjalankan ramadhan ini, apa yang sudah kita lakukan untuk meraih ampunannya? Ramadhan adalah bulan yang penuh ampunan, yang sering disebut dengan Syahrul maghfiroh. Allah akan senatiasa mengampuni hambaNya, selama kita memohon ampun kepadaNya dan memperbanyak amal sholeh.

Semua amalan yang ada di dalam bulan ramadhan, pasti akan mendapat ampunan atas dosa-dosa yang dilakukan. Dengan melakukan amal yang sesuai dengan perintah Allah.

Inilah salah satu keistimewaan bulan Ramadhan yakni Allah SWT membuka peluang lebar-lebar bagi kita untuk membersihkan dosa dan kesalahan yang selama ini dilakukan yang penting kita melaksanakan puasa Ramadhan dengan landasan iman dan ikhlas serta tidak melakukan dosa-dosa besar. Nabi bersabda:

“Siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan landasan iman dan ikhlas akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Ahmad).

“Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat, dan Ramadhan ke Ramadhan menghapus dosa diantaranya selama dosa-dosa besar dijauhi.” (HR Muslim).
“Siapa saja yang berpuasa dan shalat malam (tarawih) karena iman dan ikhlas akan keluar dari dosanya seperti hari dia dilahirkan oleh ibunya.” (HR Ibn Majah dan al-Baihaqi).

Allah pasti akan mengampuni hambaNya, selama kita  bertobat kepada Allah, dengan benar-benar mohon ampun kepada Allah. “Sesungguhnya Allah pasti menerima tobat hamba-Nya selama belum mengalami sakratulmaut.” (HR at-Tirmidzi).

Bahkan dalam hadits yang lain dijelaskan bahwa Allah SWT sesungguhnya sangat bergembira menyaksikan hambanya yang walaupun berlumuran dosa, datang untuk bertobat.
Karena Allah Maha Pengampun, maka saatnya kita banyak mohon ampunan kepada Allah.

Muslim yang baik bukanlah orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, karena itu tidak mungkin. Sudah menjadi tabiat manusia melakukan kesalahan dan kekhilafan. Di samping dorongan hawa nafsu dan tarikan lingkungan juga karena memang setan telah berjanji akan terus menggoda manusia. Akan tetapi, kata Nabi, sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang bersegera bertobat.

“Setiap manusia berbuat kesalahan dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertobat.” (HR Ad-Darimi).

Oleh karenanya, sudah saatnya kita memahami bahwa ramadhan adalah bulan yang penuh ampunan, Allah akan mengampuni kita, selama kita mau bertobat yang sungguh-sungguh serta menjalankan amalan sholeh. Semoga ramadhan ini, kita mampu meningkatkan ketakwaan kita dan Allah mengampuni dosa-dosa yang kita lakukan. Aamiin.

#RamadhanBersamaRevowriter
#InspirasiRamadhan
#JemariMenariMinah

Minggu, 03 Juni 2018

Manisnya Iman



Oleh: Minah, S.Pd.I

Saat ini, kita masih berada pada bulan ramadhan yang penuh berkah. Bulan dimana pahala dilipatgandakan dan dosa-dosa diampuni. Jika seorang hamba berpuasa dibulan ramadhan dilandasi dengan iman, taat beribadah kepada Allah, maka dosa-dosanya diampuni.

“Siapa saja yang shaum ramadhan dengan landasan iman dan semata-mata mengharap ridho Allah SWT, Niscaya Dia mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Ahmad)

Iman adalah harta yang paling berharga. Dan merupakan pegangan hidup kita, kita beriman yakin akan keberadaan Allah, Allah Sang Pencipta kita, Allah lah yang menciptakan manusia, alam semesta beserta isinya. Dan Allah juga lah yang mengatur semuanya. Dan jika mereka benar-benar beriman, dia akan merasakan manisnya iman. Lantas, bagaimana agar kita bisa merasakan manisnya iman?

Dari Anas ra, sesungguhunya Nabi saw bersabda: “Ada tiga perkara, siapa saja yang memilikinya ia telah menemukan manisnya iman. Yaitu orang yang mencintai Allah dan RasulNnya lebih dari yang lainnya, orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah, dan orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke neraka.” ( HR. Bukhari dan Muslim).

Keimanan kepada Allah akan dapat kita rasakan kenikmatannya jika memiliki syarat sesuai hadits di atas. Kenikmatan ibadah merupakan buah dari keimanan yang kuat didalam diri seorang hamba. Sehingga dia akan membuktikan dengan melaksanakan ibadah dan beramal sholeh. Maka dalam ibadah dan amal sholeh yang didasari iman dan muncul dari keimanan yang bisa melahirkan kenikmatan dan kelezatan serta kebahagiaan.

Makna manisnya iman adalah nikmatnya melaksanakan ketaatan kepada Allah, menanggung beban berat dan melaksanakan sesuatu yang diridhoi oleh Allah SWT dan RasulNya. Mengutamakan hal itu, diatas kenimatan dunia.

Akan tetapi,  jika kita ingin mendapatkan manisnya iman, ini tidak mudah. Untuk mencapai manisnya iman butuh kesungguhan beramal sholeh dan bersabar dalam ketaatan kepada Allah.

Sungguh begitu berat rintangan dan tantangan orang yang beriman. Sebenarnya pilihan manisnya iman itu ada pada setiap diri seorang hamba. Pilihan dikembalikan kepada dirinya. Ingin mendapatkan manisnya iman atau tidak, hanya orang yang berimanlah yang akan diridhoi oleh Allah. Dan semoga kita termasuk hamba yang bisa mendapatkan manisnya iman. Sehingga kita mampu untuk taat kepada Allah. Dan senantiasa istiqomah dalam keimanan kepada Allah. Aamiin.

Yuk semakin giat menjalankan amalan di bulan Ramadhan. Semoga keimanan kita semakin bertambah di bulan ramadhan ini. sehingga kita bisa mendapatkan manisnya iman. Aamiin.

#RamadhanBersamaRevowriter
#InspirasiRamadhan
#JemariMenariMinah

Tips Bukber Agar Lebih Berkesan dan Bermanfaat



Oleh: Minah, S.Pd.I
(Muslimah Peduli Generasi)

Sobat, Menjalani puasa ramadhan itu sangat mengasyikkan, selain menahan lapar dan haus, kita juga harus menahan nafsu, tahan amarah, berkata baik dan jujur, tadarrus Alquran, harus bersabar dan ibadah ditingkatkan serta menjalankan amal sholeh. Jika itu semua kita lakukan, maka puasa kita akan bermakna, jauh dari kesia-siaan. Jadi pantaslah kita berbahagia saat bedug magrib telah tiba. Bahagia bisa berbuka puasa dari menahan lapar, haus, menahan nafsu, dan mampu beramal sholeh.

Allah SWT memberikan dua kebahagiaan bagi ahli puasa, yaitu bahagia saat berbuka dan pada saat bertemu dengan Allah kelak pada hari akhir. Sabda Nabi: “orang yang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan, saat berbuka dan bertemu Allah.” (HR. Muslim)

Nah, ramadhan juga bisa menjalin ukhuwah, sehingga banyak yang mengadakan bukber, buka bersama dengan keluarga, saudara maupun teman-teman. Betapa asyiknya kita bisa menjalin ukhuwah. Namun, saat bukber, jadikanlah bukber itu benar-benar bermanfaat, tidak sekadar berkumpul dengan keluarga maupun teman-teman, tapi ajang kita menjalin ukhuwah, mempererat persaudaraan kita.  Yang terpenting acara tersebut tidak melanggar aturan Islam.  hmm… apa saja tips agar bukber kita berkesan dan bermanfaat? Yuk deh simak ya…

1. Menjalin Ukhuwah

Jadikan bukber, tak sekadar kumpul-kumpul saja, namun tetap menjalin ukhuwah yakni mempererat persaudaraan, walaupun terkadang bukber ini jadi ajang reunian karena jarang bertemu kepada sahabat-sahabat lama, maka bukber menjadi sarana untuk berkumpul, melepasa kangen dll. Karena Islampun memerintahkan kita untuk menjalin ukhuwah terhadap sesama Muslim. Karena sesama Muslim itu bersaudara.

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS al-Hujuraat [49]: 10)

Dan terpenting adalah perbaiki niat sobat, bertemu dan bekumpul saat bukber itu hanya semata-mata karena Allah. dan tampakkanlah wajah yang berseri-seri saat bertemu sahabat atau saudara-saudara.
Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun, walau sekedar bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang berseri-seri (HR. Muslim).

2. Isi bukber dengan taddarus Alquran

Sobat, agar bukber kita berkesan dan bermanfaat, alangkah baiknya jika kita isi taddarus alquran, jadi sebelum buka puasa, bisa diisi dengan membaca alquran bersama, bisa dibaca per juz tiap orang atau barengan membaca alqurannya. Hmm… pasti seru deh dan sangat berkesan. Apalagi bulan ramadhan itu adalah bulan diturunkan alquran, bagi yang membacanya akan dilipatgandakan pahalanya.

“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah, maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa “alif lam mim” adalah satu huruf. Akan tetapi Alif adalah satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim juga satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi dari Abdullah bin Mas’ud, dan hadits ini shohih).

“Orang yang mahir dengan Alquran akan bersama-sama dengan rombongan malaikat  yang mulia dan senantiasa berbuat baik. Dan orang yang membaca Alquran tapi terbata-bata dan sangat berat baginya, ia akan mendapatkan dua pahala.” (HR. Muslim dari Aisyah, Ummul Mukminin. r.a).

3. Tausyiah

Hmm.. selain taddarusan, bisa juga isi dengan tausyiah ramadhan, jadi kumpul-kumpul kita tidak hanya buka puasa, makan, ngobrol dll. Tapi, sambil menanti berbuka puasa di isi dengan tausyiah, dengan begitu, kita akan mendapatkan ilmu Islam. Asyikkan… jadi ketika pulang bukber kita dapat oleh-oleh ilmu yang bermanfaat.

4. Tidak Ikhtilat (campur baur)

Nah, ini yang harus diperhatikan, kebanyakan saat bukber melupakn hal ini, melakukan ikhtilat atau campur baur. Acara dihadiri dengan laki-laki maupun perempuan. Tanpa sadar laki-laki dan perempuan bercampur baur. Hmm.. karena itu kita harus hati-hati ya sobat, jangan sampai karena ingin bukber dengan teman-teman eh.. malah dapat dosa karena campur baur.

Dari Hamzah bin Abu Usaid Al Anshari dari Bapaknya Bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah saw berbicara saat berada di luar masjid, sehingga banyak laki-laki dan perempuan bercampur baur di jalan. Maka Rasulullah saw pun bersabda kepada kaum wanita: “Hendaklah kalian memperlambat dalam berjalan (terakhir), sebab kalian tidak berhak untuk memenuhi jalan. Hendaklah kalian berjalan di pinggiran jalan.” Sehingga ada seorang wanita yang berjalan dengan menempel tembok, hingga bajunya menggantung tembok karena ia menempel tembok.” [HR. Abu Dawud, dihasankan oleh Al Albani]

Nah, jadi perempuan dan laki-laki yang bukan mahramnya tidak boleh campur baur, karena tidak dibenarkan dalam Islam. kecuali dalam hal pendidikan, pengobatan dan jual beli.

Jadi sobat, kudu hati-hati ya. Jika pun acaranya ada laki-laki dan perempuan, maka tempatnya harus terpisah antara laki-laki dan perempuan, tidak boleh campur baur.
Lebih amannya saat bukber adalah acara dipisah saja,  untuk perempuan khusus perempuan, laki-laki khusus laki-laki. Jadi tidak ada ikhtilat.

5. Tidak Ghibah (Gosip)

Hmm.. untuk bukber, pastinya bahagia nih bertemu dengan keluarga maupun teman-teman, bisa saling ngobrol, tanya kabar dll. Disini harus dibatasi ya.. teman-teman, jangan sampai malah membicarakan saudara yang lain atau ngegosip. Oke! Karena membicarakan kejelekan orang lain itu, tidak boleh atau DOSA.

”Shaum itu adalah perisai. Oleh sebab itu, bila salah seorang diantara kamu sedang shaum maka janganlah berkata kotor dan janganlah ribut-ribut. Apabila ada seseorang mencaci-maki atau mengajak berkelahi maka hendaklah ia berkata : ”Sesungguhnya aku sedang shaum” (HR Bukhari dan Muslim).

“Wahai lisan, katakanlah yang baik, niscaya beruntung. Atau diamlah dari membicarakan keburukan, niscaya selamat sebelum kamu menyesal.” (HR. Baihaqi ).

6. Tidak Meninggalkan Sholat

Nah, sobat kadang karena keasyikan buka puasa bareng, ngobrol-ngobrol santai, sampai lupa sholat magrib atau isya maupun terawih. Jangan seperti itu ya sobat, upayakan semaksimal mungkin untuk menjalankan sholat karena hukumnya wajib. Berbukalah dengan kurma, air putih atau air hangat terlebih dulu kemudian bersegera untuk sholat magrib. Setelah sholat boleh deh lanjut obrolan atau makan. Dan jangan berlama-lama karena akan menanti sholat isya dan terawih.

Oke sobat, semoga tips ini bermanfaat buat kita, agar bukber kita berkesan dan bermanfaat, maka lakukan tips diatas. Harapannya agar bukber kita tak sekadar buka puasa dan berkumpul saja, tapi Allah ridho dengan aktifitas kita. hmm… semoga bermanfaat dan selamat menjalankan puasa Ramadhan.

Sabtu, 02 Juni 2018

Berpuasa Tetapi Tidak Sholat?



Oleh: Minah, S.Pd.I

Ramadhan adalah bulan yang begitu istimewa, begitu banyak kemuliaan-kemuliaan didalamnya. Karena itu, kita harus mengisi ramadhan kita dengan amal sholeh. Berpuasa di bulan ramadhan adalah suatu kewajiban.

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. " (QS.Al-Baqarah: 183)

Berpuasa tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi, kita juga harus meningkatkan ibadah kita, mendekatkan diri kepada Allah dan berusaha untuk beramal sholeh. Salah satu ibadahnya adalah sholat.

Namun, tak bisa dipungkiri, ada sebagian individu, lebih memilih berpuasa, namun enggan untuk sholat. Padahal berpuasa dibulan ramadhan dan sholat adalah hukumnya sama-sama wajib. Tidak boleh meninggalkan salah satunya. Namun harus menjalankan keduanya yakni berpuasa dan sholat.

Barangsiapa berpuasa tapi meninggalkan shalat, berarti ia meninggalkan rukun terpenting dari rukun-rukun Islam setelah tauhid. Puasanya sama sekali tidak bermanfaat baginya, selama ia meninggalkan shalat. Sebab shalat adalah tiang agama, di atasnyalah agama tegak. Dan orang yang meninggalkan shalat hukumnya adalah kafir. Orang kafir tidak diterima amalnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

"(Batas) antara seseorang dengan kekafiran adalah meninggalkan shalat." (HR. Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Setiap Umat Islam wajib menjalankan sholat. Baik sehat maupun sakit, sesibuk apapun seseorang harus tetap menjalankan sholat. Sholat merupakan amal perbuatan manusia yang pertama kali akan di hisab pada hari kiamat kelak. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “yang pertama kali dihisab dari perbuatan seorang hamba pada hari kiamat adalah sholat wajib.” (HR. Ahmad, abu Dawud, ibnu Majah, Tirmidzi dan an-Nasai).

Orang yang melalaikan sholat atau yang meninggalkan sholat wajib adalah bagian dari dosa-dosa besar yang membinasakan. Sholat adalah bagian dari rukun Islam, sholat adalah pembeda antara orang kafir dan orang yang beriman. Dan sholat adalah amalan yang pertama kali dihisab dihari kiamat kelak. Tidak ada alasan untuk meninggalkan sholat. Jika seseorang dalam keadaan sakit sehingga tidak mampu berdiri untuk sholat maka sholat boleh dengan duduk, jika tidak mampu dengan duduk maka berbaring, bila tidak mampu bergerak dengan isyarat dan bila sudah tidak bisa bergerak atau meninggal maka akan disholatkan.

Itulah indahnya Islam jika seseorang tidak mampu sholat berdiri maka ada keringanan untuk sholat yaitu  sholat dalam keadaan duduk. Karena kita tidak boleh meninggalkan sholat. Ancaman Allah bagi orang yang melalaikan sholat sangatlah berat yaitu mereka akan dibangkitkan bersama manusia paling durhaka fir’aun, qorun, hamman dan mereka dimasukkan kedalam neraka saqor.

Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang tidak memelihara sholat maka ia tidak akan bercahaya, tidak mempunyai hujjah (alasan) dan tidak akan diselamatkan. Dihari kiamat kelak ia akan dikumpulkan bersama qorun, fir’aun, hamman dan ubay bin khalaf.” (HR. Ahmad).

Oleh karena itu, dirikanlah sholat, selain berpuasa dibulan ramadhan, kita juga wajib untuk menunaikan kewajiban sholat. Dengan berpuasa di bulan ramadhan, kita juga harus meningkatkan ibadah kita yakni sholat dan beramal sholeh. Semoga kita dimudahkan untuk menjalankan puasa di bulan ramadhan ini, sholat serta amalan-amalan sholeh. Aamiin.

#RamadhanBersamaRevowriter
#InspirasiRamadhan
#JemariMenariMinah

Jumat, 01 Juni 2018

Ramadhan Bulan Alquran



Oleh: Minah, S.Pd.I

Ramadhan adalah bulan diturunkannya alquran. Alquran yang diturunkan oleh Allah  SWT adalah sebagai petunjuk bagi umat manusia dan tidak ada keraguan padanya. Ayat-ayatnya sungguh jelas dan pasti, sebagai penjelas dari petunjuk dan kebenaran, pemberi kabar gembira, pembawa peringatan, penerang serta pemberi cahaya menuju jalan lurus.

Alquran adalah kitab yang mampu menghidupkan jiwa dan menenteramkan hati. Dengan izin  Allah, Alquran bisa mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Siapa saja yang berkata dengan menggunakan Alquran, pasti akan terpercaya. Siapa saja yang mengamalkannya, pasti akan beruntung. Siapa saja yang memutuskan hukum dengannya, pasti akan adil. Dan siapa saja yang mendakwahkannya, pasti akan mendapatkan hidayah ke jalan yang lurus.

Alquran adalah sebaik-baik bekal bagi setiap muslim. Dengan Alquran hati akan menjadi hidup. Para pengembannya akan senantiasa mengatakan yang hak, dan tidak takut terhadap celaan  orang yang suka mencela, semata-mata karena Allah.

“Orang yang terbaik diantara kalian adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari dari Utsman bin Affan r.a.).
Alquran memberi syafaat. Alquran akan memberikan syafaat (pertolongan) pada Hari Kiamat nanti kepada orang yang biasa membaca, mengkaji dan mengamalkannya. Baginda Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah oleh kalian Alquran karena ia akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafaat bagi orang yang membaca dan mengamalkannya.” (HR Muslim).

Oleh karena itu, yuk jalani ramadhan kita dengan sebaik mungkin dengan semakin tunduk dan taat kepada Allah, senantiasa sering membaca alquran, mengkajinya dan mengamalkannya. Tak hanya di bulan ramadhan saja, namun diluar ramadhan pun, kita mampu mengamalkan alquran.