Jumat, 15 Juni 2018

Idul Fitri, Kembali Kepada Ketaatan Sejati





Oleh: Minah, S.Pd.I

Setelah usai puasa ramadhan, rasa sedih menghampiri diri. Kita tidak akan pernah tahu apakah bulan ramadhan selanjutnya bisa kita rasakan atau tidak. Bulan ramadhan begitu indah bagi umat Muslim. Bulan yang mempunyai banyak kemuliaan dan keistimewaan. Sangat rugi, jika ramadhan kemarin tidak mendapat apa-apa.

Di sisi lain, jika puasa ramadhan usai, kita pun akan bertemu dengan hari raya idul fitri yang merupakan hari raya Umat Muslim, hari yang penuh kegembiraan. Wajar bagi kita untuk merasa gembira pada saat hari raya idul fitri. Kebahagiaan ini bukan karena pesta atau hiburan atau jauh dari kewajiban ramadhan. Akan tetapi, kegembiraan kita karena telah berhasil menunaikan kewajiban puasa dibulan ramadhan dan menghidupkannya dengan berbagai macam ibadah dan amal sholeh.

//Kebahagiaan di Hari Raya//

Pertama, Harapan akan bertemu dengan Allah swt, penuh rasa senang dan bahagia. Puasa ramadhan yang dijalani dengan baik akan menghantarkan kebahagiaan. Bahagia tidak hanya pada saat hari raya idul fitri namun kelak tembus akhirat (kebahagiaan hakiki  kelak di akhirat). Sabda Rasulullah:

“Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan yang membahagiakannya. Ketika berbuka (termasuk berbuka pada saat idulfitri) ia bahagia dan ketika ia bertemu dengan Rabbnya ia pun bahagia karena puasanya itu.” (HR. Bukhari)

Kedua, kebahagiaan akan ampunan dari Allah yang diberikan kepada hambaNya. Puasa, tadabbur alquran, qiyamul lail, sedekah, dan amal sholeh lainnya yang telah kita lakukan dengan penuh kesungguhan dan keimanan. Serta memelihara diri dari kemaksiatan.

“Siapa saja yang mendirikan ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap (balasan Allah swt) niscaya diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR.Bukhari)

“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla telah mewajibkan puasa ramadhan dan aku telah mensunnahkan sholat malamnya (terawih). Karena itu, siapa saja yang puasa ramadhan dan melaksanakan qiyam ramadhan dengan mengharap (ridho Allah swt)  niscaya ia akan keluar dari dosa-dosanya laksana hari ia dilahirkan ibunya.” (HR. Ahmad).

Idulfitri dipandang sebagai kelahiran kembali orang-orang yang mendapatkan ampunan dari Allah swt dan menjadi orang yang bertakwa.

Orang yang mendapatkan gelar takwa saat usai ramadhan, akan menjadikan idul fitrinya bermakna. Seperti:

 * Lebih taat kepada Allah setelah selesai ramadhan, memelihara amalan-amalan rutin ramadhan (ibadah ditingkatkan seperti sholat, puasa, doa, zikir, membaca alquran, qiyamul lail dll serta menjauhi maksiat),

* Lebih meningkatkan silaturahmi dan ukhuwah Islamiyah

* Lebih meningkatkan upaya untuk mengkaji Islam, agar mengetahui semua hukum-hukum dari Allah. yang mana harus dikerjakan dan yang mana harus ditinggalkan.

* Lebih giat berdakwah.

* Terus bertaubat dengan taubat yang sebenar-benarnya (taubatan nasuha). Walaupun Allah mengampuni dosa-dosa saat dibulan ramadhan, kaum Muslim jangan sampai terlena dengan hal itu, kita pun harus terus memohon ampun kepada Allah, bukti bagi orang-orang yang bertakwa.

Oleh karena itu, berbahagialah ketika hari raya idul fitri (lebaran) dan berusaha mendapatkan makna dari lebaran yakni bagi kita yang berhasil meraih puasa ramadhan dengan ketakwaan. Tanpa takwa, lebaran kita akan hampa. Karena idul fitri bukan diperuntukkan bagi orang yang berpakaian serba baru, tetapi dipersembahkan bagi orang yang ketaatannya bertambah. Dengan idul fitri yang akan membawa setiap Muslim kembali pada ketaatan sejati.

0 komentar:

Posting Komentar