Oleh: Minah, S.Pd.I
Anak adalah amanah dari Allah SWT yakni titipan yang harus diperlakukan dengan baik. Anak juga merupakan harapan masa depan dan kehidupan akhirat. Apa yang kita berikan kepada anak, hasilnya bukan saja untuk dinikmati saat di dunia, bahkan hingga akhirat. Jika orang tua mampu mencetak anaknya dengan mendidiknya, maka anak bisa menjadi anak sholeh. Karena doa anak sholeh merupakan pahala yang terus mengalir kepada kedua orang tua walaupun orang tua sudah meninggal.
“Bila meninggal seorang manusia maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal, yaitu sodakoh jariah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim).
Bagi setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya menjadi sholeh dan cerdas. Benar? Akan tetapi sekadar ingin saja itu belum cukup, harus ada kerja keras untuk mendidik anak-anaknya. Namun, kerja keras saja belum cukup, perlu kecerdasan. Orang tua harus cerdas sebelum membuat anaknya cerdas. Oleh karena itu, orang tua juga sangat membutuhkan ilmu agar mampu mendidik anaknya sesuai dengan Islam. Karena tidak sedikit orang tua yang belum memahami cara mendidik anak yang benar.
Nah, bagaimana cara mencetak Anak Sholeh? Yakni dengan mendidiknya dengan benar sesuai Islam. Islam memberikan arahan kepada umatnya untuk menjani proses belajar sejak kecil. Tidak hanya ketika manusia lahir ke dunia, namun sejak janin berada dikandungan ibu. Ketika anak dalam kandungan, ibu mulai menerapkan pendidikan yang Islami pada anaknya. Dengan membiasakan perilaku-perilaku terpuji, membaca alquran, berbahasa santun, membelai bayi melalui perutnya. Serta mengajaknya berbicara. ketika bayi, balita, pra baligh, baligh hingga pasca baligh maka didiklah. Mengajarkan mereka sholat, baca alquran, menutup aurat sejak dini, berkata baik dan sopan. De el el deh.. agar kelak anak mampu menjadi anak sholeh.
Menjadi anak Sholeh itu tidak mudah, namun butuh belajar dan bimbingan dari orang tuanya. Anak sholeh harus mampu memiliki kepribadiaan Islam dan berbakti kepada kedua orang tua. Kepribadian Islam ini terbentuk dari pola pikir dan pola sikap yang Islam.
Pola pikir (Aqliyah) merupakan cara yang digunakan untuk memikirkan sesuatu yakni mengeluarkan keputusan hukum tentang sesuatu, berdasarkan kaidah tertentu yang diimani dan diyakini. Jika disandarkan pada akidah Islam maka pola pikir tersebut termasuk pola pikir Islami (Aqliyah Islamiyah).
Sedangkan pola sikap (Nafsiyah) adalah cara yang digunakan seseorang untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan naluri. Upaya memenuhinya berdasarkan kaidah yang diimani dan diyakini. Jika dilaksanakan dengan sempurna berdasarkan akidah Islam maka pola sikapnya adalah pola sikap Islami (Nafsiyah Islamiyah).
Untuk membentuk kepribadian Islam, tidak cukup hanya pola pikir saja, namun harus dengan pola sikap juga. Pola pikir islam yang melalui pemikiran bersumber dari alquran dan hadits. Memahami aqidah Islam dan menjadikannya sebagai landasan berpikir. Mengeluarkan keputusan hukum tentang benda dan perbuatan manusia sesuai hukum-hukum syara’. Mampu mengetahui halal dan haram. Memahami hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah, halal dan haramnya makanan dan minuman, pakaian, akhlaq, muamalah, pergaulan dan lain-lain.
Serta pola sikap islami dibangun dari perilaku yang berasal dari persepsi Islam. sehingga ketika memenuhi kebutuhan jasmani dan naluri sesuai dengan landasan Islam. Selalu melaksanakan ibadah dengan khusyu’ sesuai syariat, selalu mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal, selalu menutup aurat, Selalu menampakkan akhlakul karimah, giat menuntut ilmu.
Salah satu wujud dari kepribadian Islam adalah memahami arti hidup dan kehidupan ini dengan sebenar-benarnya. Seorang hamba Allah yang khusyu dalam sholat, menjauhi perkataan yang tiada berguna, membayar zakat, menundukkan pandangan, menutup aurat, memelihara amanat, memenuhi kesepakatan dalam perjanjian, memenuhi janji yang diucapkan, dan berjihad fi sabilillah dan lain sebagainya.
Selain itu juga, anak sholeh harus Birr ul-wâlidain (berbakti kepada kedua orang tua) yakni semua bentuk kebaikan untuk mentaati kedua orangtua dan bentuk ketaatan yang bisa membuat orangtua menjadi ridho, hatinya tenang dan bergembira.
“Ridho Allah bergantung pada keridhaan orangtua, dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan orangtua.” (HR. Ibnu Hibban dan al-Hakim). “Amal mana yang paling dicintai oleh Allah? Rasul menjawab: shalat pada waktunya. Kemudian apa? Beliau menjawab: birr ul-wâlidain (berbakti pada orang tua). Kemudian apa? Jihad di jalan Allah”. (HR. Bukhari, no. 496).
Seorang anak sholeh tidak boleh mencaci maki orantua, memarahi atau mengolok-ngoloknya. “Yang termasuk dosa besar adalah menyekutukan Allah, mencaci maki orangtua, membunuh, dan kesaksian palsu.” (HR. Bukhari, no. 6182).
Anak sholeh harus mematuhi perintah orangtuanya selama tidak bertentangan dengan Islam, berbuat baik, berkata lemah lembut, mengurusi dan merawat mereka, menjalin silaturahmi, dan mendoakannya.
Anak shaleh akan berupaya untuk berbakti kepada orangtua selamanya. Salah satu karakter penting anak shalih adalah menjadi pengemban dakwah yang senantiasa menjaga dan membela Islam hingga amalnya itu terus mengalir bagi orangtua yang disayanginya. Insya Allah.
#Revowriter
#GerakanMedsosUntukDakwah
#PemudaBangkitDenganIslam
#JemariMenariMinahMahabbah
#SenaraiMinah #GoresanPenaMinah







0 komentar:
Posting Komentar